Ada yang tertinggal padaku
setelah kulepas semua hasrat
setelah kau pergi sendiri
setelah aku tak tahu apapun
seperti yang ada dimatamu
suatu upaya melupakanku
untuk kebebasanmu
barangkali begitu….
rasa kasih nan abadi
Aku titip rasa itu padamu
biar tak ada gelap dalam hati
biar selalu ada nyanyian kalbu
biar ruh tetap terang benderang
walau langit tak pernah ada
tak pernah merah
tak pernah putih
tak pernah biru
kau pasti tahu itu……………..
(Pondok Petir, 14 Pebruari 2011)
Kamis, 03 Maret 2011
MENUNGGU HUJAN REDA
Menunggu hujan reda
entah sampai kapan
kulupakan setiap rautmu
yang pernah datang
Pada setiap rintik hujan
yang jatuh mendetak
sentak sepiku dalam kalbu
menuliskan kata-kata
“Lamakah derasmu……..”
Pada setiap rintik-rintik hujan
yang kulihat sebagai barisan
seperti mengiring kepergianku
ketika grahapun jadi sampan
orang-orang sebagai pendayung
mengarung ke seribu arah
Barangkali gerimis
yang kini menjadi lebat
seperti sedang melihat
seperti sedang mengantar
diriku yang hanyut
hingga ke laut jauh……………
(Pondok Petir, 22 Januari 2011)
entah sampai kapan
kulupakan setiap rautmu
yang pernah datang
Pada setiap rintik hujan
yang jatuh mendetak
sentak sepiku dalam kalbu
menuliskan kata-kata
“Lamakah derasmu……..”
Pada setiap rintik-rintik hujan
yang kulihat sebagai barisan
seperti mengiring kepergianku
ketika grahapun jadi sampan
orang-orang sebagai pendayung
mengarung ke seribu arah
Barangkali gerimis
yang kini menjadi lebat
seperti sedang melihat
seperti sedang mengantar
diriku yang hanyut
hingga ke laut jauh……………
(Pondok Petir, 22 Januari 2011)
KEPADA YANG MAHA AKBAR
Kepada yang maha Akbar
harimau semua ilmu
pengambil ruh tiada ampun
Kepada Engkau yang amat dekat
datang dan peluklah aku
dalam dekapan dada lapangMu
dalam sinar rasa hatiMu
Terkamlah aku
rajanglah aku
santap kelamku
yang sangat gelap
yang mengalir dalam darahku
Hancurkan tulangku
lumat dan uraikan
seluruh wujud rendahku
tunjukkan muka asliku
biar dapat ku tatap murni
wajah kehidupan perkasa abadi sepertiMu
(Pondok Petir, 11 Januari 2011)
harimau semua ilmu
pengambil ruh tiada ampun
Kepada Engkau yang amat dekat
datang dan peluklah aku
dalam dekapan dada lapangMu
dalam sinar rasa hatiMu
Terkamlah aku
rajanglah aku
santap kelamku
yang sangat gelap
yang mengalir dalam darahku
Hancurkan tulangku
lumat dan uraikan
seluruh wujud rendahku
tunjukkan muka asliku
biar dapat ku tatap murni
wajah kehidupan perkasa abadi sepertiMu
(Pondok Petir, 11 Januari 2011)
Langganan:
Postingan (Atom)