Selasa, 10 Mei 2011

RINDU 4

Belum beberapa jauh melangkah
jejak telah terasa dekat
melekat........
walau seperti tak nampak
rasa itu pernah singgah
dan takdir tak bisa dinyana
diri dan kerabat
terus hidup terbayang
dalam hati jadi gambaran
sebuah keinginan jiwa
kiranya nyata tertata
bagai terlepas dahaga
semoga……..
ada getar asa peraduan
membayar rasa kasihku pada semua………….

(Pondok Petir, 11 Mei 2011)


Selasa, 03 Mei 2011

PEMILIHAN KETUA RUKUN WARGA DI DESA RANGKAT

Setelah desa indah yang sejuk damai mulai ramai, Rangkat mulai sibuk dengan penduduknya dan pak Kades Yayok Haryanto, telah menetapkan sistim organisasi desa yang dianggap penting demi kemajuan desa tersebut. Pemilihan Ketua Rukun Warga (RW) pun akhirnya telah dilaksanakan dengan aman dan tertib.

Sistim, tata cara, dan mekanisme pemilihan umum (pemilu) di Indonesia tampaknya telah mengakar hingga pada pemilihan Ketua RW yang baru. Hal ini terjadi di RW 01 Desa Rangkat. Kecamatan Elok. Kompasiana Pusat.


Ibu Kades Mommy, menjelaskan kepada seluruh warga, bahwa Desa Rangkat adalah wadah komunitas warga Kompasiana dalam menuangkan segala ide dan imajinasi kreatif akan sebuah desa yang tumbuh kembang bersama rasa Toleransi, Kesamaan, Persaudaraan dan Persahabatan juga rasa Kekeluargaan yang dijunjung tinggi. Desa Rangkat adalah desa yang dibangun dan dibesarkan melalui hati dan rasa dengan prinsip ‘diskusi elok sarat asah-asih-asuh dalam merangkai kata.


Dalam kesempatan di sebuah pertemuan warga desa, Ibu Kades Mommy pernah membacakan sajak tentang Desa Rangkat :


Sawah itu terbentang dalam ingatan…

hijau royo royo terhampar jauh di kaki bukit

itulah karunia Tuhan yang mencipta

jadilah, dan semuapun jadi

tanah dengan air

langit dengan udara

makhluk pun juga


Maka petanipun membentuk tanah jadi sawah

benihpun tumbuh diatasnya

aku bersyukur

diciptakan dari tanah

yang memberi makan bagi tubuh

yang menyediakan tempat bagi mati


(Mommy, 25 October 2010 10:34:29)

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2010/10/25/desa-rangkat-suatu-misteri-atau-keajaiban/


Pelaksanaan pemilihan Ketua RW 01 yang baru disambut gembira oleh seluruh warga desa. Gelaran pemilihan disulap layaknya pesta demokrasi pemilihan presiden (pilpres). Ada dua tempat pemungutan suara (TPS) atau bilik pencoblosan suara pun dibuat rapi sejajar. Setiap wakil warga yang telah memilih pun ditandai dengan tinta pada Jarinya. Luar biasa !


Dalam pemilihan ketua RW tersebut telah diatur sesuai dengan peraturan desa bahwa yang berhak memilih adalah wakil dari setiap RT. Walaupun tak semua warga memilih karena telah diwakili 6 orang setiap RT-nya, peristiwa yang baru pertama kali ini di RW 01, mengundang antusias seluruh warga. Sejak pukul 08.00 pagi mereka sudah berdatangan untuk menyaksikan pemungutan suara hingga penghitungannya.


TPS atau Bilik suara dan panggung kecil yang dibangun di Jalan Cinta. RT 01/01 Desa Rangkat, itu dipenuhi warga. Dari 5 RT ada 30 pemilih yang akan menentukan Ketua RW 01 Desa Rangkat yang baru.


Ketua Panitia Pemilihan Ketua RW 01 Sdr. Ade Supriadi (Ki Bodo Ade, Pemilik Klinik Cinta Rangkat. Awalnya sih tukang servis senter), mengungkapkan, mereka bekerja sejak 16 Maret 2011. Mulai dari penyaringan bakal calon hingga pendaftaran pemilih dilakukan secara intensif. Menurutnya, mulai dari kertas suara, pembuatan bilik dan panggung kecil tempat penghitungan suara dibuat secara swadaya oleh seluruh warga RW 01. Dana yang dihabiskan sekitar Rp 1 Juta. Sebagian diambil dari kas RW sedangkan sebagian lagi sumbangan warga.


Dalam penyaringan bakal calon (balon) Ketua RW 01 ini, akhirnya ditetapkan 3 calon yakni: Sdr. Ibay (Ketua RT 05, punya usaha sampingan warung pojok Lebay), Sdr. Triansjah PJ (Komandan Hansip yang punya pentungan keramat, kadang-kadang nyambi jadi tukang jualan kompor), dari RT 02 dan Sdr. Edy Nawir dari RT 01.

Sebenarnya ada dua balon lagi yang lolos penyaringan, tapi dia telah mengundurkan diri, yaitu Sdr. Halim Malik (dari RT 03) dan Sdr. Helmi Budiprasetyo (dari RT 04).


Semua balon harus memenuhi syarat tertentu yakni harus warga desa Rangkat RW 01, berumur cukup yakni di atas 17 tahun, serta yang terpenting diajukan oleh pengurus atau Ketua RT-nya.

Warga Desa Rangkat saat ini berjumlah 159 orang, yang tersebar di 5 RT yaitu RT 01, RT 02, RT 03, RT 04 dan RT 05. Sehingga secara keseluruhan hanya ada 30 orang warga yang mempunyai hak memilih.

Anggota Dewan Desa Rangkat, Elvaretta / Perawan Alas (Neng Acik, Sekdes yang mondar-mandir bawa stempel. Hobi nya main ke hutan), yang juga warga RW 01, mengungkapkan 6 orang perwakilan dari setiap RT dianggap oleh warga sudah sangat mewakili mereka.

"Ini keputusan musyawarah RW dan semua warga menerimanya," kata Neng Acik, menjelaskan kepada seluruh warga yang hadir.


Oleh karena itulah banyak warga yang ikut menyaksikan pemilihan RW tersebut, sekalipun mereka tidak memberikan suara tetap antusias datang untuk melihat penghitungan suara karena merasa sudah terwakili. Ke-enam orang perwakilan warga setiap RT-nya yang berhak memberikan suara Itu terdiri dari 3 orang pengurus RT (yakni ketua RT, sekertaris dan bendahara RT), perwakilan ibu PKK. perwakilan Karang Taruna dan seorang tokoh masyarakat setempat.


Pelaksanaan pemilihan pun akhirnya dimulai pada jam 10.00 setelah pak Kades memberikan sepatah dua patah kata dan sekaligus memberikan tanda dimulainya pemilihan. Sementara para warga yang hadir menyaksikan menyambut gembira dengan semangat memberikan support seperti layaknya menonton pertandingan sepak bola, dimana mereka dengan serunya meneriakan yel-yel mereka. Setelah pelaksanaan pencoblosan usai dilanjutkan dengan pembukaan dan pembacaan suara yang syah.


Dari 30 orang pemilih yang mewakili warga dan berhak memberikan suaranya akhirnya Sdr. Edy Nawir sang incumbent terpilih menjadi Ketua RW dengan 16 suara. Sedangkan Sdr. Triansyah PJ mandapat 8 suara dan Sdr. Ibay mendapat 6 suara. Spirit demokrasi memang sangat tampak. Sejak awal kandidat yang duduk di depan panggung tampak sangat santai dan mengumbar senyum. Tak ada wajah tegang dan persaingan di antara ketiganya. Bahkan sesaat setelah acara penghitungan suara berakhir dengan terpilihnya Edy Nawir dua kandidat lain yakni Triansyah dan Ibay langsung memberi selamat kepada Ketua RW 01 terpilih.


Setelah selesai pemilihan tersebut, tepat jam 12.00 semua warga yang hadir makan siang bersama sebagai tanda gembira dan kebersamaan Desa Rangkat.Ini merupakan suatu fenomena yang positif. Harapan seluruh warga RW 01 dengan kepengurusan baru ini, yang berawal dari pesta demokrasi kecil menuju ke arah yang lebih baik, demi terciptanya masyarakat madani di Desa Rangkat yang indah dan damai ini.

Akhirnya selesailah sudah pemilihan Ketua RW 01 Desa Rangkat yang juga telah mencerminkan demokrasi dengan rasa toleransi, kebersamaan, persaudaraan, dan persahabatan juga rasa kekeluargaan yang telah dijunjung tinggi di Desa Rangkat.-

---------------------------------------------------------------------------------

Salam Manstaf Selalu.........

Salan De rangkat !

(Pondok Petir, 03 Mei 2011).

MIMPI MENJADI MENTERI PENDIDIKAN

Pada sebuah desa yang indah dan damai serta sejuk, ketika mentari mulai terbit di ufuk timur, Khade terjaga dari tidurnya. Dia duduk termenung di dalam kamarnya yang mulai terang dengan sinar yang cerah dari jendela di sudut dinding. Dia telah tersadar dari sebuah perjalanan yang panjang, dalam mimpi saat ia tidur sejak semalam.
Dalam benaknya Khade mencoba mengingat-ingat kembali kejadian yang telah ia alami. Semalam dia merasakan sesuatu yang sangat aneh.

Setelah aku tamat sekolah dasar kemudian belajar di sekolah lanjutan namun dalam mimpinya itu, aku tidak dapat mengikuti ujian akhir karena sakit.
Kemudian aku bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar di sebuah kotanya.
Selama bekerja aku menjadi seorang penulis yang hebat. Tulisan-tulisanku sangat komunikatif, aktual, inspiratif, menarik dan bermanfaat. Bahkan mampu membangkitkan semangat bagi pembacanya.

Sebagai wartawan yang aktif membuatku juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Ia menjadi seksi propaganda pada sebuah komunitas BO selalu mensosialisasikan dan menggugah kesadaran warga desanya untuk kepentingan persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Bersama teman-temannya Dekker dan Cipto, Khade mendirikan partai, namun dalam mimpinya itu partainya ditolak oleh Pemerintah karena dianggap dapat menentang Pemerintah. Setelah ditolak akhirnya partai tersebut membentuk Komite BP. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Pemerintah. Komite BP itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri dari penjajahan bangsa lain dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul “Seandainya Aku Seorang Pemerintah” dan “Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga”. Tulisan Seandainya Aku Seorang Pemerintah yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik temannya Dekker itu antara lain berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Pemerintah, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu”.

Karangannya itu mengakibatkan, Pemerintah menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke sebuah pulau (PB).
Sahabatnya Dekker dan Cipto merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Khade. Tetapi pihak Pemerintah menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Dekker dibuang di Kupang dan Cipto dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Pemerintah karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada di daerah terpencil. Akhirnya Khade, Dekker dan Cipto diijinkan pergi ke Negeri Pemerintah sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Tiba-tiba Khade tersadar dari lamunannya, “Wah, hebat sekali mimpiku ini !” katanya dalam hati sambil melihat pemandangan yang indah di luar jendela kamarnya. Tak lama kemudian ia kembali lagi ke dalam mimpinya itu.

Setelah menjalani hukuman tersebut (selama lebih kurang 5 tahun), aku dan sahabat-sahabatku pulang kembali ke tanah air.
Selama dalam pengasingan Khade menyempatkan diri untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Khade berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Lalu Khade bersama rekan-rekan seperjuangannya, mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah telah berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada waktu itu. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Khade juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Ternyata dengan tulisan-tulisan itu dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsanya.

Waktu terus berjalan hingga sampai pada masa Pemerintahan yang lain, Pemerintah Baru, Khade tetap melajutkan kegiatan di bidang politik dan pendidikan. Waktu Pemerintah Baru itu membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Dan Khade duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Bung Karno, Bung Hatta dan Mas Mansur.

Dan ketika Pemerintah Baru itu akhirnya diusir oleh rakyat, Bung Karno dan Bung Hatta menjadi pemimpin Negara, Khade diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.

Khade kembali terjaga, “Nah, ini yang menurutku aneh itu,” katanya dalam hati, “Ternyata aku semalam telah menjadi Menteri !”
Lalu ia mengambil gelas air minumnya, air putih, dan meneguknya hingga habis.
Khade pun tersenyum sejuk, kemudian ia mengambil handuk yang ada di gantungan handuk di sebelah tempat tidurnya. Khade langsung segera mandi pagi dan siap menuju ke tempat kerja. Khade adalah seorang guru sebuah sekolah lanjutan atas di desa Rangkat.

Terlihat di atas sebuah bantal Khade, sebuah buku biografi Ki Hajar Dewantara (Yogyakarta, 2 Mei 1889 – 28 April 1959) :

“Ki Hadjar Dewantara” bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.


Pihak penerus perguruan Taman Siswa, mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.


Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada (di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, di depan memberi teladan).-

-----------------------------------------------
SEMANGAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Catatan :
BO = Boedi Oetomo
BP = Bumi Poetra
Pemerintah = Belanda
PB = Pulau Bangka
Pemerintah Baru = Jepang

KARTINIKU


Kau masih tetap rahasia
biar berkali kerap kupandangi
parasmu sejuk
dalam ingatanku
kau tetap sejati
kau cambuk bumi
melucuti taman gelap
memberiku terang…………………

Sosok senantiasa sabar
membayang kembali dalam puisi
kelembutan penurut nan suci
membekas di seluruh hati
dalam pingitan jiwa
terungkap goresan tinta
dari kumpulan-kumpulan lembaran
kiriman curahan kalbu
menembus
ruang dan waktu....

Kau tampak jelita
kendati tanpa kuamati
wajahmu ayu
dalam benakku
kau selalu ada
kau bahkan hidup…
saat kududuk
saat kumenatap….
saat kumerenung
di desaku nan indah ini
yang ramai
yang sejuk
yang damai
ku telah melihat dirimu
sejak dulu hingga sekarang
sudah banyak menjelma
tak dapat dipungkiri
kini ku akui
rahasia hati
sungguh sejak kecil
aku cinta padamu…………………

(Pondok Petir, 21 April 2011)