Sahabatku, lihatlah bintang-bintang
dan langit yang terus membiru
tengadah dan lihatlah
bintang-bintang hidup di angkasa
bintang-bintang hidup di bumi
engkaulah itu
bintang-bintangku……..
……..Engkaulah bintang yang telah hadir
……..bersinar dengan ilmu
……..bercahaya dengan Sang Pencipta
Engkaulah yang terindah
tercantik dan sempurna
gemerlap dan benderang……..
……..Engkaulah itu, bersamaku
……..yang sedang disalinkan
……..engkau sendiri yang menyalinkan diri
……..seperti cita-citamu menjadi bintang
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Ada kalanya membulat penuh
saat dikitari biasnya
sekali lagi permainan dimulai……..
……..Ada waktunya naik setelah turun
……..ada saatnya sang kelana kembali
……..pulang kegubuknya
Alang-alang tumbuh kerontang
menitis menjadi perdu-perdu
menjadi pohon-pohon
yang mati menitis pada satwa
menjelma menjadi orang
lalu ditempa api membara
lalu ingat akan gubuknya yang jauh
lalu mengenang dirinya sendiri
yang rindu rasa menyatu……..
……..Ada saatnya orang merasa puas
……..menjadi orang
……..menjadi bintang
……..yang siap menjadi penuntun
Diriku berputar
dari dataran rendah
dalam kesadaran
menjadi kesempurnaan sosok jiwa
dari nyata ke wujud cahaya……..
……..Bagai kepompong yang menjelma
……..dari merayap
……..menjadi haru
……..dari berat
……..menjadi sukacita
……..indah
……..hinggap di pohon
……..melayang terbang…………….
Pondok Petir, 22 Juni 2011
(Edy Nawir)