Rabu, 15 Juni 2011

PROSA KOLABORASI DALAM PUISI

Angin malam kerap mengibaskan
rambutmu jadi layarku
arungi samudera demi laut pertemuan kita
kerlingkan mata hingga tertutup
bibir tipismu turuti jiwa bergetar
menangkap rasa nan bergelora
dalam raga riakpun menepati janji
dia datang ke pantai ini
bersama jemari mengurai kembang, rambut tergerai lembut
serta bibir yang dahaga akan nyiur hijau
sekelebat hilang dalam pipa putih
dirimu seranum nyiur, diriku setajam sabit
begitu bisikan yang terdengar datang dari ujung laut
entah siapa……..

Kita balik kembali setelah lama ditinggalkan
orang-orang pinggiran yang acuh
tempat peraduan kasih kita
memadu rasa dan menyimpan duka kesejukan
yang terancam gelombang besar bergemuruh
tiba dari ufuk kasat penglihatan
yang menelan setiap tegak disisi lautan
membawa ikan-ikan berenang jauh
menggulung apapun yang ia inginkan
sehingga menghasilkan sepi
dan rasa sunyi yang senyap……….

Kita tak terpengaruh siang atau malam
tetap datang ke pantai nan selalu menyambut
emosi yang sama melumat ujung pangkal tubuh
menelan tumbuh kita memuntahkan seribu petaka
mungkin akan ada yang terlahir disini
bagai perompak laut berambut gimbal
berdoa memohon titipanNya
“Tuhanku……….tolong kirim titipan untukku……titipan yang cocok dengan emosiku……”
lalu berkata kecil, sesuatu tentang kebun indah dan musim semi
namun berubah bisikan tentang orang yang lari
menuju lautan yang menganga melumat sesaat…..

Kita tak pernah gelisah menggenggam tangan
bersama-sama melangkah menuju samudera
menentang prahara gelombang dahsyat
bagai bahtera jiwa diatas lautan luas
dengan badai ganas bergelora kalbu
memporakporandakan kerang dari titik yang dalam
hingga melarutkan sepi
karena rasa kasih yang membatu dihati
dalam ketenangan jiwa masih terdengar suara sayup-sayup
“…dimana suaramu, masih sirnakah?”
entah siapa……..

Kita akhirnya pulang meninggalkan pantai kelam
tanpa nyiur
tanpa bulan
tanpa bintang
tanpa sepi
tanpa sunyi
tapi dengan senyum dan dengan sinar
cerah dari tepi goresan pasir
putih lambang cinta kita
yang perlahan-lahan terhapus
ombak-ombak mengejar kita
menguap terbang kedalam jantung hati
saat mentari datang mengintip
kaupun tertunduk layu namun tetap gemulai
raut tampak sukacita kembali
ketika berbenah diri
ketika menyisir rambut
ketika mengusap mata
dalam melanjutkan perjalanan
waktu telah memainkan cinta kita…………..

sajak ini dipersembahkan khusus buat selingkuhanku
dan tim penggarap MPK Kompasiana.

(Edy Nawir)
Pondok Petir, 10 Juni 2011