Pada pagi hari ini
aku siapkan sebuah anak panah
rasa dukaku yang dalam
untuk dilepaskan keatas langit
setelah kemarin meraih kebahagiaan
yang tak dapat dinilai berapa besarnya
Pada siang harinya
akan aku sampaikan cerita ini
langsung pada matahari
saat angin mulai bergerak
ditengah datangnya kecerahan
hingga membuat diriku merasa lebih lega
Pada malam harinya
aku akan titipkan busur pada bintang
agar mereka menyampaikan
rasa kasihku yang besar
pada rembulan yang telah pergi
agar dapat kembali lagi dengan bulatnya
(Pondok Petir, 04 Nopember 2011)
Sabtu, 24 Desember 2011
Kamis, 03 November 2011
HARAPANKU 3
Puisi : Edy Priyatna
Hujan belum mau jatuh ke bumi
ketika aku melangkahkan kaki kecil
meski kabut senja membuat samar mata memandang
jauh di depan masih ada seberkas sinar
namun keyakinan masih diserang keraguan kalbu
Bias pada lendir kelemayar memberi petunjuk
jalan berliku kian sarat kelelahan
mengikis habis sedikit demi sedikit
setubuh daya raga memberi pilihan
patah atau semangat yang hinggap
dalam hati yang selalu ada keluh
mengganggu benak untuk berperang
setelah habis mengasah pikiran
jejak-jejak dapat tertapak
meninggalkan rasa sia-sia
Cerah pada langit mulai bergerak
menandai lubang-lubang hitam
kendati angin badai membelai jiwa putih
menghempas memperpanjang waktu
untuk tiba disudut ruang baru
mengabadikan air kesedihan
dan gelas kegembiraan
pada dinding yang melukiskan angan
tempat membuat cinta dan cita
untuk dipersembahkan Sang Pencipta
dengan harap terhingga pada kelemahan hati
Cahaya itu akan datang
disetiap tarikan hembusan nafas
disetiap detak-detak jantung
akhir sebuah keyakinan kiranya takkan sia-sia
(Pondok Petir, 03 Nopember 2011)
Hujan belum mau jatuh ke bumi
ketika aku melangkahkan kaki kecil
meski kabut senja membuat samar mata memandang
jauh di depan masih ada seberkas sinar
namun keyakinan masih diserang keraguan kalbu
Bias pada lendir kelemayar memberi petunjuk
jalan berliku kian sarat kelelahan
mengikis habis sedikit demi sedikit
setubuh daya raga memberi pilihan
patah atau semangat yang hinggap
dalam hati yang selalu ada keluh
mengganggu benak untuk berperang
setelah habis mengasah pikiran
jejak-jejak dapat tertapak
meninggalkan rasa sia-sia
Cerah pada langit mulai bergerak
menandai lubang-lubang hitam
kendati angin badai membelai jiwa putih
menghempas memperpanjang waktu
untuk tiba disudut ruang baru
mengabadikan air kesedihan
dan gelas kegembiraan
pada dinding yang melukiskan angan
tempat membuat cinta dan cita
untuk dipersembahkan Sang Pencipta
dengan harap terhingga pada kelemahan hati
Cahaya itu akan datang
disetiap tarikan hembusan nafas
disetiap detak-detak jantung
akhir sebuah keyakinan kiranya takkan sia-sia
(Pondok Petir, 03 Nopember 2011)
BUKU SURAT CINTA KOMPASIANER
Hari ini aku mendapatkan sebuah paket dari Yogyakarta. Sebelum aku membuka paket itu aku langsung menebak kalau isi paket itu adalah sebuah buku. Aku jadi ingat dua bulan yang lalu tepatnya tanggal 13-14 Agustus 2011, ada sebuah event fiksi yang unik yang diselenggarakan oleh group facebook MPK (Malam Prosa Kolaborasi) yang saat ini namanya berubah menjadi Fiksiana Community, yaitu Fiksi Surat Cinta (FSC).
Event ini baru pertama kali diadakan di Kompasiana, karena sudah beberapa kali event-event fiksi diadakan seperti FFK (Festival Fiksi Kolaborasi) sebuah event penulisan secara kolaborasi tentang prosa, cerpen dan puisi, kemudian MPK (Malam Prosa Kolaborasi) yang isinya hampir sama. FSC justru lain dari pada yang lain, yakni membuat tulisan berupa surat cinta yang ditujukan untuk orang yang dicintai. Untuk pasangan imajinasi atau maya, maupun untuk pasangan sungguhan. Disamping itu juga boleh buat Ibu, Ayah, Kakak dan Adik serta siapapun itu atau bahkan bagi orang yang sudah tiada. Tentunya fiksi surat cinta ini harus berbentuk prosa maupun puisi atau perpaduan keduanya. Oleh karenanya aku sangat tertarik dengan event ini dan langsung mendukung sekali FSC dilaksanakan pada waktu itu.
Setelah kubuka isi paket itu ternyata memang benar adalah sebuah buku Antologi Karya, ‘Fiksi Surat Cinta’, oleh Kompasianer Peserta FSC, Agustus 2011. Buku tersebut diterbitkan oleh : Penerbit Shofia masih untuk kalangan sendiri. Banyak surat cinta yang menarik terdapat didalam buku itu. Terselenggaranya penerbitan buku ini bermula dari usulan para peserta termasuk aku sendiri dengan alasan bahwa MPK bisa kenapa FSC tidak? Sebelumnya MPK berhasil membukukan hasil karya event tersebut. Namun dari hasil event FSC yang sebenarnya telah menghasilkan lebih kurang 300 surat cinta dengan sekitar 258 peserta kompasianer yang tersebar di penjuru dunia, hanya 50 karya yang baru dibukukan. Mudah-mudahan akan ada buku FSC selanjutnya.
Dalam buku ‘Fiksi Surat Cinta’ ada salah satu karya kompasianer yang berhasil menjadi satu-satunya HL pada event tersebut yaitu surat cinta : ‘Sayang, Surat Ini Tak Mungkin Sampai Padamu’ (halaman 114 s/d 118), buah karya Miss Rochma, yang menggambarkan sebuah surat cinta dari seorang suami buat istrinya yang sangat romantis.
Buku yang berisi sebanyak 176 halaman dengan 50 karya, antara lain terdapat surat cinta ‘Suratku, Tragedi 1998, 13 Tahun Silam…’ (halaman pertama) oleh Langit, ‘Surat Cinta Kepada Ma Jingga’ (halaman 40) oleh Bowo bagus, ‘Dear My Airen’ (halaman 97) oleh Moussycha, ‘Untuk Gadis Berpesona Purnama’ (halaman 101) oleh Granito Ibrahim, ‘Tak Berhenti Mencintaimu’ (halaman 125) oleh Selsa, dan ‘Untuk Belahan Jiwaku’ (halaman 146) oleh Nenny Silvana dsb. Surat-surat cinta tersebut sangat asyik untuk dibaca.
Kemudian ‘Aku Selalu Rindu’ (halaman 83 s/d 87) adalah karyaku sendiri dengan tampilan yang agak berbeda dari yang lainnya (pada postingan kompasiana), merupakan perpaduan antara prosa dan puisi yang lumayan menariknya.
Buku ‘Fiksi Surat Cinta’ disusun secara apik dan menarik oleh : Mbak Langit, sebagai Koordinator Tim, Mbak Dyah Restiyani sebagai Penata Letak, Granito Ibrahim sebagai Desain Sampul. Ketika buku ini dikirim ke masing-masing kompasianer yang memesan, Fiksiana Community baru saja melakasanakan event Festival Puisi Kolaborasi (FPK) yang telah diikuti oleh lebih kurang 252 peserta. Dari event-event yang telah dilaksanakan terlihat selalu ada peningkatan. Dengan telah terbitnya buku FSC tersebut diharapkan akan selalu ada lagi event-event fiksi lainnya dan tentunya akan lebih menarik lagi sehingga Fiksiana Kompasiana akan selalu ramai dengan karya-karya yang gemilang. Semangat berkarya. Salam Fiksiana.-
(Pondok Petir, 02 Nopember 2011)
DIPERKOSA PUISI
Puisi : Edy Priyatna
Sosok seksi bertubuh padat
penuh coretan hitam
terurai panjang menggemaskan
tergambar jelas dilembar daun kuning nan kering
terlihat membentang merangsang
tiada terbalut sehelai benang
tampak buah yang ranum menantang telanjang
meronta-ronta mengelak menggelinjang
ketika kelopak keriput dibelai puisi
lalu tangan-tangan menyusuri kembang
bunga di taman merekah disiram
tanpa perduli pena tajam mengancam
(Pondok Petir, 02 Nopember 2011)
Sosok seksi bertubuh padat
penuh coretan hitam
terurai panjang menggemaskan
tergambar jelas dilembar daun kuning nan kering
terlihat membentang merangsang
tiada terbalut sehelai benang
tampak buah yang ranum menantang telanjang
meronta-ronta mengelak menggelinjang
ketika kelopak keriput dibelai puisi
lalu tangan-tangan menyusuri kembang
bunga di taman merekah disiram
tanpa perduli pena tajam mengancam
(Pondok Petir, 02 Nopember 2011)
[FF] JENNIFER, JANGAN DUA-DUANYA
Cermin : Edy Priyatna
(Pondok Petir, 31 Oktober 2011)
Jennifer seorang mahasiswi semester satu, baru saja duduk di bangku sebuah Perguruan Tinggi di Bandung mengirimkan surat kepada kedua orang tuanya di Desa Rangkat, sebuah desa terpencil di Indonesia :”Bapak dan Ibu, alhamdulillah, saat ini saya sudah mulai kuliah di Bandung. Kuliahnya dari pagi sampai sore. Teman-temanku di sini baik-baik semua, malah banyak juga yang berasal dari Desa Rangkat. Saya juga sudah kost, biayanya agak mahal sedikit enam ratus ribu rupiah per bulan. Oh ya, Bapak dan Ibu, nilai IP saya semester satu ini sudah keluar, yaitu 3,8. Doakan saya semoga kerasan tinggal di Bandung.”
—————
Sebulan kemudian, Jennifer menerima balasan surat dari orangtuanya :”Anakku, alhamdulillah kamu sudah mulai kuliah. Kami berdua mengharapkan kau cepat lulus dan membantu menyekolahkan adik-adikmu. Mohon maaf bila bulan depan uang kiriman kami agak telat, soalnya harga gabah sedang turun, kata orang-orang desa akibat Indonesia import beras dari luar negeri.Cuma kami agak sedikit kecewa melihat nilai kamu. Waktu di Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Aliyah, nilai kamu kan tidak pernah di bawah 8, malah sering 9. Kok sekarang cuma 3,8 ? Ayo nak, rajin-rajinlah belajar. Jangan-jangan ini karena kamu tidak fokus ke kuliahmu ya ? Mungkin karena kamu ikut-ikutan kost yang bayarnya mahal itu ? Makanya nak, jangan diikuti semua, kalo mau kuliah ya kuliah, kost ya kost, jangan dua-duanya….”
PADA HUJAN DIAWAL NOPEMBER
Puisi : Edy Priyatna
Saat kutatap matamu
tergambar ada cinta tertahan
menanti indikasi luapan mendung
tanpa terucap peluklah daku
leburkan aku dalam hujanmu
sebuah kebimbangan di depan pintu hati
yang masih terkunci rapat
ketika kita memegang lilin
kolaborasi akhir Oktober lalu
Saat itu aku tahu kau tak tahu
telah datang rintik-rintik kesejukan
yang terbaring diatas mega kelabu
tertahan turun oleh kegalauan
dalam benak nan kacau
sebuah ketidaktahuan yang mendebarkan
yang membuat sirna rasa sakit
lama membenam tahun-tahun lalu
sebelum pertemuan itu tiba kemarin
Saat akhirnya titik-titik air berjatuhan
terasa deras hati ini tersiram
ketenangan telah menyelimuti
jiwa yang terbanjiri kehangatan
oleh tujuh pasang mata nan indah
sebuah kenangan cinta abadi
takkan terlupakan selama-lamanya
tercatat pada langit biru
pada hujan diawal Nopember
(Pondok Petir, 01 Nopember 2011)
Saat kutatap matamu
tergambar ada cinta tertahan
menanti indikasi luapan mendung
tanpa terucap peluklah daku
leburkan aku dalam hujanmu
sebuah kebimbangan di depan pintu hati
yang masih terkunci rapat
ketika kita memegang lilin
kolaborasi akhir Oktober lalu
Saat itu aku tahu kau tak tahu
telah datang rintik-rintik kesejukan
yang terbaring diatas mega kelabu
tertahan turun oleh kegalauan
dalam benak nan kacau
sebuah ketidaktahuan yang mendebarkan
yang membuat sirna rasa sakit
lama membenam tahun-tahun lalu
sebelum pertemuan itu tiba kemarin
Saat akhirnya titik-titik air berjatuhan
terasa deras hati ini tersiram
ketenangan telah menyelimuti
jiwa yang terbanjiri kehangatan
oleh tujuh pasang mata nan indah
sebuah kenangan cinta abadi
takkan terlupakan selama-lamanya
tercatat pada langit biru
pada hujan diawal Nopember
(Pondok Petir, 01 Nopember 2011)
KEPADA PEMUDA PEMUDI BANGSA
Oleh : Edy Priyatna + Febi Mutia (No.34)
Kawan,
Akan ku kisahkan sebuah cerita
tentang negeriku, negerimu dan negeri kita
Negeri dengan masa kejayaan membentang
seisi negeri gegap gempita, bersukacita
mabuk kepayang hingga bencana menyerang
memporakporandakan bumi pertiwi
hancurkan tanah leburkan air
menebus jiwa, hilang
Sadarkah,
Bila kalian kerap egoistis
sulit untuk bersatu padu
karena kesadaran sirna
keangkuhan terus merajalela
bukankah segala sesuatunya perlu pakai hati nurani?
Renungkanlah dan pikirkan
banyak peristiwa yang telah terjadi
musibah besar dalam negeri ini
adalah pertanda kita semua
sadar berbuat dan bertaubat pada Sang Pencipta
Telisiklah…banyak contoh yang baik yang bertebaran
bangunanlah bangsa ini dengan benar
hindari pertikaian dan jauhi kekerasan
menjadi pemimpin jujur dan bijaksana perlu kau camkan
Di sini adalah tanah kelahiranmu
tanah tumpah darahmu berjuang
untuk kemajuan bangsa kita
untuk seterang dan menderangnya sang surya
Segeralah bangkit dan bekerja
hapuskan miras dari benak
juga tebaran narkoba jahanam
karena semua itu racun dunia
membuatmu saling bertikai tanpa berpikir panjang
memacumu saling berlomba kemaksiatan
menjadikan dirimu rajin bermalas-malasan
menciptakan rasa resah dan gelisah
hingga terperosok ke jurang penyesalan
Bersemangatlah tanpa batas
belajarlah tiada henti
berkreativitaskah tanpa putus asa
berjuanglah setiap saat
berperanglah pantang mundur
jangan pernah berhenti
jangan pernah surut
untuk sebuah cita-cita mulia
memajukanlah negeri dan bangsa ini
tempat jiwamu bersemayam di masa depan
(Pondok Petir-Bandung, 28 Oktober 2011)
Kawan,
Akan ku kisahkan sebuah cerita
tentang negeriku, negerimu dan negeri kita
Negeri dengan masa kejayaan membentang
seisi negeri gegap gempita, bersukacita
mabuk kepayang hingga bencana menyerang
memporakporandakan bumi pertiwi
hancurkan tanah leburkan air
menebus jiwa, hilang
Sadarkah,
Bila kalian kerap egoistis
sulit untuk bersatu padu
karena kesadaran sirna
keangkuhan terus merajalela
bukankah segala sesuatunya perlu pakai hati nurani?
Renungkanlah dan pikirkan
banyak peristiwa yang telah terjadi
musibah besar dalam negeri ini
adalah pertanda kita semua
sadar berbuat dan bertaubat pada Sang Pencipta
Telisiklah…banyak contoh yang baik yang bertebaran
bangunanlah bangsa ini dengan benar
hindari pertikaian dan jauhi kekerasan
menjadi pemimpin jujur dan bijaksana perlu kau camkan
Di sini adalah tanah kelahiranmu
tanah tumpah darahmu berjuang
untuk kemajuan bangsa kita
untuk seterang dan menderangnya sang surya
Segeralah bangkit dan bekerja
hapuskan miras dari benak
juga tebaran narkoba jahanam
karena semua itu racun dunia
membuatmu saling bertikai tanpa berpikir panjang
memacumu saling berlomba kemaksiatan
menjadikan dirimu rajin bermalas-malasan
menciptakan rasa resah dan gelisah
hingga terperosok ke jurang penyesalan
Bersemangatlah tanpa batas
belajarlah tiada henti
berkreativitaskah tanpa putus asa
berjuanglah setiap saat
berperanglah pantang mundur
jangan pernah berhenti
jangan pernah surut
untuk sebuah cita-cita mulia
memajukanlah negeri dan bangsa ini
tempat jiwamu bersemayam di masa depan
(Pondok Petir-Bandung, 28 Oktober 2011)
Langganan:
Postingan (Atom)