Puisi : Edy Priyatna
Hujan belum mau jatuh ke bumi
ketika aku melangkahkan kaki kecil
meski kabut senja membuat samar mata memandang
jauh di depan masih ada seberkas sinar
namun keyakinan masih diserang keraguan kalbu
Bias pada lendir kelemayar memberi petunjuk
jalan berliku kian sarat kelelahan
mengikis habis sedikit demi sedikit
setubuh daya raga memberi pilihan
patah atau semangat yang hinggap
dalam hati yang selalu ada keluh
mengganggu benak untuk berperang
setelah habis mengasah pikiran
jejak-jejak dapat tertapak
meninggalkan rasa sia-sia
Cerah pada langit mulai bergerak
menandai lubang-lubang hitam
kendati angin badai membelai jiwa putih
menghempas memperpanjang waktu
untuk tiba disudut ruang baru
mengabadikan air kesedihan
dan gelas kegembiraan
pada dinding yang melukiskan angan
tempat membuat cinta dan cita
untuk dipersembahkan Sang Pencipta
dengan harap terhingga pada kelemahan hati
Cahaya itu akan datang
disetiap tarikan hembusan nafas
disetiap detak-detak jantung
akhir sebuah keyakinan kiranya takkan sia-sia
(Pondok Petir, 03 Nopember 2011)