Selasa, 04 Oktober 2011

[FF] SAHABAT BENING

Cermin : Edy Priyatna

Pada sebuah pantai yang gersang di sore hari seorang pemuda duduk terdiam disebuah batang pohon usang, memandangi ombak yang datang dan pergi. Wajahnya murung lesu dirundung kesedihan. Sementara itu dikejauhan ada seseorang yang mengintai sambil berusaha menghampirinya.

“Hidupku seperti ombak…,” kata pemuda itu ketika dia tahu kalau ada yang datang mendekatinya. Lalu ia melanjutkan kata-katanya sambil menundukkan kepala, “…..ombak itu selalu ingin menepi, tetapi pantai selalu mengusirnya kembali.”

“Tenanglah, Ron. Aku yakin pasti ada jalan keluarnya.”

“Bagaimana caranya, Ning? Seorang pengamen jalanan yang putus sekolah sepertiku bisa membiayai operasi bunda yang terbaring lemah karena kanker payudara?” katanya lemah.

“Sekali lagi. Janganlah pernah berputus asa, Ron. Di bumi ini masih ada orang yang mau membantu orang lemah seperti kita. Masih ada yang peduli, hanya saja mungkin mereka belum tahu keadaan ibumu. Aku yakin kita akan menemukan sosok malaikat penolong di antara mereka,” kata Bening dengan penuh semangat. Sudah tiga hari ini Bening selalu berusaha untuk memberi semangat kepada Roni dan hingga hari ini masih belum mengena. Bening juga sudah berusaha memberitahukan semua sahabatku yang lain tentang masalah itu. Bening sangat berharap kata-katanya itu mampu menenangkan hati Roni sahabatnya.

“Terima kasih ya Ning……..,” sahut Roni tiba-tiba. “Kaulah yang selalu membangkitkan semangatku di saat-saat seperti ini. Kau sahabat terbaik yang pernah aku kenal, Ning!” lanjut Roni dengan senyum. Roni menatap mata Bening dan dia merasakan hari ini mata itu terlihat semakin bening.-

(Pondok Petir, 29 September 2011)