Jumat, 14 Oktober 2011

PERUBAHAN

Wahai para pemimpin........
masih adakah hati berisi
saat logika sudah mulai basi
nurani makin terkikis
pada gemuruh pesona yang tak kunjung padam

Lihatlah........
lagu birokrat dalam melodinya
sinetron nan selalu kejar tayang
di episode tikus-tikus berpestapora
sementara para pembantai santai dipantai
terbuai dalam kesenangan sendiri

Tengoklah pula, drama kolosal republik dua
genderang tambur bertalu-talu
ketika simak klimak dialog deras
masing-masing saling berdebat
di era teknologi canggih
membisingkan ruang pada gubug-gubug rakyat

Lalu tampak terlihat para penonton
hanyut terbawa banjir air mata
dalam gelap suasana mendung
hati putihnya telah teriris
kerap kali dihujani beban yang tak kunjung reda

Wahai para pemimpin........
masih adakah rasa bersatu
saat logika masih belum mati
perbaiki asa hati dampak erosi
agar nurani takkan membesi

Tinjaulah........
fragmen usang rakyat jelata
sahutan dialog bersahaja
ketika didengar secara seksama
melahirkan rahmat nan indah
tetap semangat sebagai anak bangsa

Gambaran nyata yang selalu sama
karena rakyat butuh nasi
meskipun hanya nasi basi
nikmat dimakan dengan garam
masih kuat bertahan menyaksikan kisah bumi

Wahai para pemimpin
masih adakah hati berisi
saat logika sudah mati
meskipun bukan basa-basi
tapi sudahlah........
ini hanyalah sajak
tak perlu lagi tanggap
tak perlu lagi risau
tak perlu lagi resah
karena kami telah terbiasa........

(Pondok Petir, 11 Oktober 2011)