Rabu, 31 Agustus 2011

MAAFKAN AKU (2)

Maafkan aku……..
bila selama ini aku tidak dapat
menjadi kekasih
yang amat baik buatmu
untuk lebih tenang
untuk lebih sejuk
untuk lebih nyaman
kelihatannya……..
akan lebih tenang
akan lebih sejuk
akan lebih amat baik
jika kita tak bersama lagi

Maafkan aku……..
bila selama ini kita tidak bersama lagi
menjadi kekasih
yang tak berwujud
agar lebih tentram
kelihatannya……..
akan lebih baik lagi
jika kita saling memaafkan

Maafkan aku……..
bila sajak ini mengusik
hatimu kekasih
sejak kata tergores
hingga selesai tertulis
bahkan telah berkali-kali dibaca
hati itu masih tetap ada……..

Maafkan aku……..
bila hari ini masih berkata lagi
padamu kekasih
karena hari ini
adalah hari yang amat fitri……..

(Pondok Petir, 31 Agustus 2011)

Semangat Iedul Fitri 1 Syawal 1432 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Taqobbal Allahu Minna Waminkum Wataqabbal Ya Karim
Semoga Amal Ibadah Kita Semua Diterima Allah SWT.
Amin YRA.

Selasa, 30 Agustus 2011

KEMBALI KE FITRAH

Ketika rembulan mulai tampak
malampun cerah benderang
dihiasi cahaya seribu bintang
diiringi gema berjuta takbir
suara-suara insan teladan
penerima rachmat
nan meraih pengampunan
masuk ke area pembebasan
kebesaran Sang Pencipta

Saat mentari mulai tiba
melewati waktu subuh
dihiasi daun berkilau embun
diiringi gema berjuta takbir
suara-suara para pemenang
yang sujud memohon ampun
serentak di padang suci
tanah nan lapang milik
kebesaran Sang Pengasih dan Penyayang

Setelah matahari naik mengambang
sinarnya menyoroti punggung putih
kupohonkan jiwa kembali
nan suci seperti semula
untuk saling memaafkan diri
ikhlas kepada sesama
guna tunduk dan patuh
pada kebesaran Ilahi

Ketika rembulan mulai tiba
mentaripun mulai tampak
setelah disinari seribu bintang
saat gema takbir berkumandang
tiada yang lebih bermakna
selain membuka pintu hati
yang ikhlas bagi semua

Selamat Hari Raya Idul Fitri
mohon maaf lahir dan bathin……..

(Pondok Petir, 30 Agustus 2011)

Senin, 29 Agustus 2011

PERBEDAAN

Menunggu datangnya rembulan
yang dinanti dunia saat ini
meresahkan……..
mendebarkan……..
menyedihkan……..
namun dalam kesedihan ada kegembiraan
setiap pertemuan pasti ada perpisahan

Menanti tibanya bulan
yang menentukan kali ini
membingungkan……..
mengharukan……..
menggelisahkan…….
tetapi dalam kegelisahan ada kebahagiaan
setiap perbedaan pasti ada hikmahnya

Menunggu kepastian sabit
yang telah ditetapkan hari ini
meresahkan jiwa
mendebarkan hati
menyedihkan diri
membingungkan rasa
mengharukan kasih
menggelisahkan kalbu
merubah semua sikap
memperkaya ilmu
menambah nikmat tiada henti

Subhanallah……..
semua itu adalah sebuah rachmat…………….

(Pondok Petir, 29 Agustus 2011)

Minggu, 28 Agustus 2011

KITA INI APA?

mengapa telur?
bukan ayam
mengapa kacau?
bukan aman

mengapa kemarau?
bukan penghujan
mengapa panas?
bukan sejuk

mengapa merah?
bukan hijau
mengapa kisruh?
bukan damai

mengapa jahat?
bukan baik
mengapa sepi?
bukan ramai

mengapa sakit?
Bukan sehat
mengapa miskin?
bukan kaya

mengapa bangun?
bukan tidur
mengapa susah?
bukan mudah

mengapa udara?
………………………
tak ada udara
kita ini apa?

(Pondok Petir, 24 Agustus 2011)

PULANG (MUDIK)

Bunda……..
apa kabarmu kasih
sejak kejenuhan mulai karam
pada dinding langit
rongga jantungku
rintih terbentur kemauan diri
telah memusnahkan rasa kerinduan

Bunda……..
angan-angan yang kubisikan
ditelinga rapuhmu
tentang indahnya sawah di tempat rantau
hanya gambaran lagu simpony
agar kau bisa terlelap
tanpa lukaku dikepulasanmu

Bunda
bila kesedihan telah merasukmu
maka lontarkanlah marahmu
selaksa kau menyalin diriku
agar sukmaku terjaga
sadar dari segala perih
karena doa berakhir pada takdir

Bunda……..
bila kerinduan menjadi kesejukan
rendamlah sukmaku bersama detak
ritme kehidupan
yang selalu mengejarku
untuk segera menjumpaimu
menjadikan dosa yang pasti diampuni

(Pondok Petir, 23 Agustus 2011)

[FF] BISAKAH KITA SEGERA MENIKAH?

Pada suatu kesempatan di sebuah pertemuan Rizal terlihat berusaha mendekati Kembang. Besar rasa cintanya, dia telah mengikuti aroma yang lain dari pada yang lain. Tetapi sepertinya Kembang langkahnya setengah berlari-lari kecil ketika dia diam-diam bergeser menjauhinya. Sungguh lembut perawakan Kembang dalam bergaul, dia selalu berusaha untuk tidak menyakiti semua yang ingin mendekatinya. Tak terkecuali Rizal yang senantiasa tiada pernah habis-habisnya berupaya hingga titik darah penghabisan.

Ketika Rizal sedang mengambil minuman ringan yang disediakan dalam pertemuan itu, dia melihat dan mencium aroma yang tidak asing. Ternyata tidak jauh dari tempat itu Kembang sedang berbincang-bincang dengan Acik, Asih dan Jingga. Akhirnya Rizal dapat menemukan tempat pelarian Kembang (hehe…ini terinspirasi dari kasus M Nazaruddin).

Kembangpun tak dapat menghindari ajakan Rizal untuk pergi ke taman belakang dekat pos ronda Desa Rangkat. Di taman tersebut terdapat bangku panjang menghadap danau yang hijau sejuk. Mereka berdua akhirnya duduk di bangku itu. Kedua insan tersebut saling berbincang serius tanpa ada yang menggangu. Rizalpun menggunakan waktu yang baik itu untuk menyatakan cintanya sekaligus mengajaknya menikah.

Tak lama kemudian terdengarlah teriakan orang memanggil. Ternyata Mas Hans Sip Rangkat telah memanggil Rizal mengajak untuk nonton televisi di pos ronda. Katanya ada film kartun bagus yang harus ditonton oleh mereka berdua. Akhirnya karena penasaran Rizal dan Kembangpun bergegas menuju pos ronda. Disana mereka melihat ada sebuat film kartun tentang seekor kuda yang sedang jatuh cinta pada pasangannya. Dalam film Kuda tersebut benama Rizal sedang terlibat percakapan dengan kekasihnya Kembang. Wah ini sangat menarik menurut Rizal, pantas saja Mas Hans Sip teriak-teriak memanggilnya. Koq bisa ya?

Menjelang akhir perbincangan, Rizal bertutur kepada Kembang,
“Tidak bisakah engkau melihat, aku ini adalah pria yang gagah. Tubuhku berotot, dan tak ada satu pun yang mampu menandingi kecepatanku dalam perlombaan lari. Tidakkah engkau ingin menikah dengan pria seperti aku?”
Kembangpun hanya menjawab dengan santai,
“Tidak bisakah engkau melihat, engkau adalah seekor kuda sedangkan aku adalah seekor jerapah….”
Akhirnya film kartun itupun tamat.-

(Pondok Petir, 25 Agustus 2011)

[ECR] PERJALANAN DEVI (Nunil 1)

Sudah lima belas menit aku berdiri di terminal Giwangan. Saat itu waktu telah menujukkan pukul 15.00 WIB. Pesan singkat yang aku kirimkan belum pula ia balas. Aku pun bingung. Kuputuskan saja untuk tetap menunggu di sini. Toh kami sudah berjanji akan bertemu di sini tepat pukul tiga petang. Tak lama kemudian, sebuah pesan singkat masuk ke handphone yang sedang aku genggam. Ternyata dari dia. Yah, baru berangkat dari kos. Wah alamat lama aku menunggu. Biarlah… Aku keluarkan sebuah buku dari tasku. Sekedar mengisi waktu daripada hanya diam menunggu.

Tanpa terasa sudah sembilan prosa dalam buku antalogi karya MPK yang telah kubaca ketika sosok itu muncul dengan senyumnya di pintu masuk terminal. Walau tersenyum, tetap saja masih tergurat aura kesedihan. ”Ah, siapakah laki-laki bodoh itu yang meninggalkan perempuan semanis dirimu”, tanya dalam benakku.
”Sudah lama nunggu mas Bowo?”, itulah kata pertama yang meluncur dari bibirnya.
”Ya…, sejak aku kirim sms tadi. Koq sudah sampai, memang kosmu dimana? Bukannya Jl. Magelang?”, jawabku.
”Semalam Devi menginap di tempat teman mas. Cari suasana baru.”
”Ohh…”, hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.

Kami pun akhirnya berjalan menuju tempat angkot. Kami putuskan untuk segera menuju Kampus. Memang hari itu dia berjanji untuk mengantarkan aku untuk mengelilingi Kampus. Ya…, sekedar alasan agar aku bisa berjalan-jalan dengannya. Tidak banyak yang kami bicarakan selama di angkot. Sesekali aku hanya mencoba mencuri pandang ke arahnya. Ah…, ternyata hanya sampai sejauh itu keberanianku. Yang seketika merasa menjadi seorang pengecut.

Akhirnya kami sampai juga di Kampus IMY. Kampus yang cukup asri. Pohon-pohon besar ada di sana-sini. Aku langsung merasa nyaman. Suasana yang tak jauh berbeda dengan suasana kampusku. Perjalanan kami mulai dari fakultas tempat ia melanjutkan studinya, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Kemudian kami menyusuri area Kampus sampai ke Fakultas Kedokteran dan akhirnya kembali lagi di Kompleks Fakultas ISIP.

Hingga akhirnya ngabuburitpun mendekati waktu berbuka puasa. Lalu kami putuskan untuk berbuka di kantin yang ada dekat kampus. Menu yang kupilih, nasi gudeg opor ayam, kolak plus es teh manis. Dia hanya memesan kolak dan minuman saja.
”Lho kamu nggak makan?” tanyaku.
”Nggak, Mas. Aku lagi malas makan.”
”Lalu kapan makannya?”
”Kalau lapar bangetz nanti jam sepuluh atau pas sahur ajah.”
”Wah, hati-hati sakit lho…” tanpa sadar aku perhatian.
”Iya mas……”
”Sepertinya kamu terlihat pucat, Dev…”
”Ah Devi nggak apa-apa koq mas…,” jawabnya sambil berusaha mengembangkan senyum. Namun masih saja kesedihan tergurat jelas di wajahnya. Masih sangat jelas.
Seandainya aku boleh dan bisa menghapus sedih yang ada di dirimu. Apapun caranya, pasti akan kulakukan. Akupun semakin penasaran, laki-laki seperti apakah yang tega membuatmu seperti ini……

(Pondok Petir, 24 Agustus 2011)

SEBUAH PARCEL INDAH TELAH DIKIRIM KE RUMAHKU

Tepat pukul 12.15 WIB pada hari Senin kemarin, saat aku baru saja selesai shalat Dzuhur tiba-tiba aku dikejutkan oleh bunyi dering handphone yang ada disaku celanaku. Ternyata mantan kekasihku yang menelepon. Cukup lama aku berpikir untuk menerimanya. Ada kabar apa sebenarnya dia meneleponku, karena hal itu diluar kebiasaannya. Akhirnya setelah lama kupertimbangkan, kuterima juga telepon itu.

“Hallo… !”
“Ya, hallo…… !”
“Assalamu’alakum”
“Wa’alaikumsalam…..”
“Ayah……..”
“Ya…ada apa Bu…”
“Ini Yah….ada paket kiriman dari Yogyakarta”
“Apa….paket parcel, ya Bu?”
“Nggak tahu nih….mungkin juga kali?”
“Dibuka saja kalau gitu Bu…..”
“Iya deh Ibu buka sekarang…..”

Aku bingung, siapa yang telah mengirimkan parcel untukku. Yang mengherankan parcel itu dikirim dari Yogyakarta lagi. Siapa sahabatku yang tinggal di Yogyakarta itu? Seingatku temanku disana banyak sekali. Aku jadi mengingat-ingat kembali terutama sahabat-sahabatku yang pernah aku temui dua bulan yang lalu. Ketika itu aku menghadiri pertemuan ‘Desa Rangkat’ di Ganjuran, Yogyakarta. Ada Pak Emmanuel Astokodatu, Mas Odi Shalahuddin, Mas Halim malik, Bowo Bagus, Afandi Sido, Devi Juniarsih dan rekan-rekan dari grup ‘Canting’. Tak ada yang terbesit dalam benakku siapakah sahabatku yang telah mengirimkan paket parcel itu.

“Ayah….isinya buku Yah….”
“Apa Bu, buku?”
“Iya ini buku antologi karya, bagus sekali bukunya Yah….”
“Wah….bagus dong Bu….”
“Ini parcel yang indah Yah…koq kita bisa mendapatkan ini sih?”
“Ayah nggak tahu….nanti saja deh ayah lihat dulu parcelnya, sudah dulu ya Bu…Ayah mau kerja lagi,” kataku mengakhiri telepon dari rumah. Sementara aku masih belum tahu siapa pengirim paket parcel itu. Lalu aku mulai lagi dengan melaksanakan tugasku dengan mulai melupakan kabar paket parcel tersebut.

****************

Ketika tiba di rumah waktu itu tepat pukul 22.30 WIB aku langsung menanyakan paket parcel yang telah dikabari istriku tadi siang. Setelah aku lihat ternyata paket tersebut memang berisi sebuah buku yang indah kiriman ‘Indie Book Corner’ yang beralamatkan Gambiran Baru UH 5 Gang Ksatria II No.36 RT 45 RW 8 Yogyakarta.
“Ini sih buku Malam Prosa Kolaborasi Bu….”
“Iya tadi Ibu sudah membacanya…..bagus sekali isinya”
“Baca yang bagian mana Bu…..”
“Ibu baru baca ‘Sabda Semesta’ dan ‘Aku China, Kamu Jawa, Wo Ai Ni…’ bagus sekali prosanya Yah…”
“Lho, pasti baguslah Bu…..ini karya kolaborasi yang manstaf”
“Oiya tadi Ayah mau memberi tahu kenapa kita mendapatkan buku ini?”
“Hehe….berarti Ibu belum membaca prosa ‘Curahan Hati Nunil’ ya…?” jawabku dengan senyum. Aku baru sadar kalau pernah menjadi peserta festival Malam Prosa Kolaborasi (MPK) di Kompasiana pada tanggal 10 - 11 Juni 2011 yang lalu. Lalu aku membuka buku itu pada halaman 125, disana terdapat tulisan prosa karya kolaborasiku dengan R-82. Aku memang telah terdaftar sebagai peserta MPK No.228 bersama dengan sahabatku R-82 (Syaroni). Kemudian aku buka halaman 735, ternyata ada sebuah puisi :

Prosa Kolaborasi dalam Puisi
Oleh : Edy Priyatna

Angin malam kerap mengibaskan
rambutmu jadi layarku
arungi samudera demi laut pertemuan kita
kerlingkan mata hingga tertutup
bibir tipismu turuti jiwa bergetar
menangkap rasa nan bergelora
dalam raga riakpun menepati janji
dia datang ke pantai ini
bersama jemari mengurai kembang, rambut tergerai lembut
serta bibir yang dahaga akan nyiur hijau
sekelebat hilang dalam pipa putih
dirimu seranum nyiur, diriku setajam sabit
begitu bisikan yang terdengar datang dari ujung laut
entah siapa……..

Kita balik kembali setelah lama ditinggalkan
orang-orang pinggiran yang acuh
tempat peraduan kasih kita
memadu rasa dan menyimpan duka kesejukan
yang terancam gelombang besar bergemuruh
tiba dari ufuk kasat penglihatan
yang menelan setiap tegak disisi lautan
membawa ikan-ikan berenang jauh
menggulung apapun yang ia inginkan
sehingga menghasilkan sepi
dan rasa sunyi yang senyap……….

Kita tak terpengaruh siang atau malam
tetap datang ke pantai nan selalu menyambut
emosi yang sama melumat ujung pangkal tubuh
menelan tumbuh kita memuntahkan seribu petaka
mungkin akan ada yang terlahir disini
bagai perompak laut berambut gimbal
berdoa memohon titipanNya
“Tuhanku……….tolong kirim titipan untukku……titipan yang cocok dengan emosiku……”
lalu berkata kecil, sesuatu tentang kebun indah dan musim semi
namun berubah bisikan tentang orang yang lari
menuju lautan yang menganga melumat sesaat…..

Kita tak pernah gelisah menggenggam tangan
bersama-sama melangkah menuju samudera
menentang prahara gelombang dahsyat
bagai bahtera jiwa diatas lautan luas
dengan badai ganas bergelora kalbu
memporakporandakan kerang dari titik yang dalam
hingga melarutkan sepi
karena rasa kasih yang membatu dihati
dalam ketenangan jiwa masih terdengar suara sayup-sayup
“…dimana suaramu, masih sirnakah?”
entah siapa……..

Kita akhirnya pulang meninggalkan pantai kelam
tanpa nyiur
tanpa bulan
tanpa bintang
tanpa sepi
tanpa sunyi
tapi dengan senyum dan dengan sinar
cerah dari tepi goresan pasir
putih lambang cinta kita
yang perlahan-lahan terhapus
ombak-ombak mengejar kita
menguap terbang kedalam jantung hati
saat mentari datang mengintip
kaupun tertunduk layu namun tetap gemulai
raut tampak sukacita kembali
ketika berbenah diri
ketika menyisir rambut
ketika mengusap mata
dalam melanjutkan perjalanan
waktu telah memainkan cinta kita…………..

sajak ini dipersembahkan khusus buat selingkuhanku
dan tim penggarap MPK Kompasiana.

(Edy Priyatna)
Pondok Petir, 10 Juni 2011

Sebuah paket parcel yang sangat indah yang telah aku miliki dihari kedua puluh dua bulan Ramadhan 1432 H. Akan menjadi sebuah kenangan yang amat mengesankan dan takkan pernah terlupakan di dalam hidupku.-

(Pondok Petir, 23 Agustus 2011)


Minggu, 21 Agustus 2011

[FSC] AKU SELALU RINDU

Kepada Ytc.
Kekasihku yang selalu cantik
Di rumah……..

Dengan penuh rasa cinta,
Sayang, setelah kita bertemu sebulan yang lalu, hari ini tiba-tiba aku merasa sangat rindu kepadamu. Kuharap dirimu baik-baik saja sama seperti diriku saat menulis surat ini. Aku jadi teringat ketika kita saling menikmati hangatnya api unggun. Malam itu kita bernyanyi gembira sambil membakar jagung cinta yang habis kugigit dan kulumat dihadapanmu. Hatiku kau sentuh oleh belaian tanganmu yang halus. Membuatku seolah mimpi indah nan cerah tanpa harus tidur seharian penuh. Kunikmati lincahnya gurauanmu tanpa bosan. Sehingga tak terasa malampun telah larut bersama keindahan nan dahsyat itu.

Kemarin…..
saat malam pekat telah larut
bersama rintik hujan tiada henti
semilir bayu nan sejuk dingin
telah melelapkan jiwa
menenangkan kalbu
menentramkan hati putihku
namun ketika rembulan mulai beranjak
menghilang dibalik awan kearah timur
tiba-tiba…..
aku terjaga dalam tidurku
terpana sekejap dalam kerinduan
kulihat dirimu tersenyum disampingku……..

Kekasihku, bagaimana kabarmu hari ini? Sudah dua minggu lewat saat surat terakhirmu kubalas dan kamu belum mengirim surat lagi kepadaku. Ingin rasanya kupergi mengunjungimu saat ini, namun tugasku di Desa rangkat ini masih belum selesai. Kadang dikala aku sedang sibuk, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan bersamamu menyusuri pematang sawah yang terbentang dikaki gunung yang indah ini. Agar kepenatan yang sering singgah di hatiku hilang bersama pelepasan rasa rindu. Semua itu telah membuatku selalu terjaga dalam tidur yang amat panjang.

Setelah senja bermega kelam
walau tanpa gemuruh
hening…….
tak ada angin
tak ada guntur
tak ada halilintar
tiba-tiba hujan merintik tajam
tiada henti……..

Lalu gerakku menjadi lengai
kaki bagai tak berpijak
langkahku yang tak searah lagi
mendadak terhenti
tak dinyana
kau jalan menghampiri
lepas kutanya makna rindu
tiada suara…..

Setelah malam larut bergerak
kendati tanpa bintang
hening…….
kumelangkah lagi tanpa berpaling
tiba-tiba jiwaku runggas
kini kutahu makna itu setelah aku jauh…………

Sayangku, aku tahu kamu marah padaku, tapi aku juga tahu kalau kamu rindu padaku. Ketika aku mengunjungi kotamu yang kini mulai kemarau, terasa panas saat siang hari namun amat dingin ketika malam tiba. Apapun alasanmu marah padaku kau selalu tetap dihatiku. Selama ini disetiap malam di desa tempatku bekerja saat ini, aku selalu merenung menatap langit dan di sana kulihat bintang rindumu bergermerlapan. Semuanya membuatku amat bahagia, karena terlalu banyak bintang yang bersinar di langit itu. Saat itu aku merasakan genggaman tanganmu yang lembut dan membayangkan wajahmu yang selalu menyejukkan hati.

Hembusan angin sendalu
di bawah hujan menderas tajam
saat ini……….
mengiring getar emosi
mengantarkan gelora renjana
nan teramat sangat……
adalah gumpalan rasa
berpacu dalam waktu
tiada tertahankan
aku rindu…………

Kasihku, aku ingin waktu ini berhenti saat kuhitung hari untuk kembali. Sungguh lama sekali rasanya kita berpisah. Bukan lagi sehari rasa seminggu tetapi sehari rasa berabad-abad yang harus kulewati. Namun aku selalu berusaha bersabar sehingga terlatih untuk senantiasa menikmati proses kehidupan yang fana ini dan kuingin selalu begitu selamanya. Aku juga berharap kamupun sudi sabar menunggu. Dua bulan lagi tugasku akan selesai di sini. Bila tiba saatnya, aku akan langsung menemuimu. Akan kucurahkan rindu yang telah kusimpan dalam kalbu ini. Untuk itu kirimkanlah kabar kepadaku. Janganlah marah kepadaku. Mungkin kamu dapat mengirimkan foto bunga yang kita tanam bersama di Yogyakarta. Tempat yang selalu mengangankan kebahagiaan di masa depan. Sungguh aku tidak sabar untuk segera melihat bunga itu bersamamu. Mudah-mudahan ada bunga yang bisa kupetik dan kupersembahkan kepadamu.

Saat pertama kali aku mendengar
ku rasakan hadirnya getaran hati
ku tak mengerti apa yang terjadi
ku amat tak berdaya........

Saat itu lalu aku melihat
ku sangat bahagia mengenalnya
ku ingin langsung memelukmu
ku sadar kendati terjadi........

Saat ini akhirnya aku hanya mendengarmu
entah apa jadinya hati ini
ku rasakan selalu gempa kalbuku
ku tak mengerti mengapa kerap terjadi
ku senantiasa tak berdaya
namun…..
ku selalu sadar adanya pengorbanan
ku selalu sangat bahagia
ku selalu ingin ini tetap berlangsung……..

Desa Rangkat, 13 Agustus 2011
Salam sayang selalu
Dari kekasihmu yang selalu rindu

Penulis : Edy Priyatna
No. Peserta : 249
Festival Surat Cinta

Malam Renungan Suci HUT Kemerdekaan RI Ke-66 di Desa Rangkat

Tepat pukul 23.00 WIB tanggal 16 Agustus 2011, semua warga Desa rangkat berkumpul di halaman Balai Desa. Mereka yang terdiri dari Bapak Kades Rangkat, Bu Kades Rangkat, Sesepuh Rangkat, RW Rangkat, RT Rangkat, Bu RT Rangkat, Sekdes Rangkat, Dalang Rangkat, Hans Sip Rangkat, Guru Rangkat, Pengamat Rangkat, Penari Rangkat, Bocing Rangkat, Kembang Rangkat, Penyair Rangkat, Calon Artis Rangkat, Pocong Rangkat dan seluruh warga Rangkat lainnya. Disana mereka melaksanakan acara renungan suci dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-66 yang dipimpin langsung oleh Bapak Kades Rangkat selaku inspektur upacara kehormatan dalam renungan suci tersebut.

Lalu tepat pukul 23.40 WIB, seluruh lampu di sekitar Balai Desa dipadamkan. Penerangan di sana hanya berasal dari tujuh belas buah obor. Bahkan, ketika pembawa acara membacakan panduan acara hanya diterangi dengan baterai kecil milik Hans Sip Rangkat.

Diawali dengan menyanyikan lagu Kebangsaan yang dipimpin oleh Sekdes Rangkat, seluruh warga melantunkan lagu Indonesia Raya dengan penuh khidmat dan semangat. Kemudian tepat pukul 00.00 WIB dengan dipimpin langsung oleh Bapak Kades Rangkat mengheningkan cipta untuk mengenang dan menyatakan rasa hormat yang sebesar besarnya atas keiklasan dan kesucian para pahlawan yang telah memerdekakan negara republik Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan kepada jasa- jasa para pahlawan saat merebut kemerdekaan.

Setelah mengheningkan cipta, acara dilajutkan dengan wejangan atau sambutan Bapak Kades tentang arti renungan suci di Desa Rangkat ini sebagai bentuk penghormatan setinggi-tingginya kepada para pahlawan yang telah gugur, dalam menjalankan tugasnya, membela tanah air dari bangsa penjajah. Menurut Bapak Kades, bahwa kita semua wajib memberikan penghormatan sebesar-besarnya kepada pejuang atas pengorbanan dan jasa-jasanya. Akhirnya Bapak Kades pun mengatakan berjanji akan meneruskan perjuangan mereka bersama-sama warga Desa Rangkat.

Dalam kesempatan itu Bapak Kades memberi kesempatan kepada Sesepuh Desa Rangkat, Bapak Astoko untuk tampil di podium memberikan sekilas tentang sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia, sebelum acara itu ditutup dengan doa.

Kepada warga Desa Rangkat yang saya cintai……..
Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya……..
Salam sejahtera……..
Salam Desa Rangkat……..
Merdeka……

Sebenarnya saya tidak begitu tahu persis secara keseluruhan awal dari proses Kemerdekaan Republik Indonesia, namun ada beberapa yang saya ketahui tentang Kemerdekaan tersebut sebagaimana kita semua mengetahuinya. Kita semua tahu bahwa pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Lalu sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Bung Karno (Soekarno), Bung Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.

Selanjutnya pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Lalu dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang.

Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Kemudian Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no. 1. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Kita tahu Peristiwa Rengasdengklok, Dimana para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, pagi hari di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Nah….begitulah cerita singkatnya proses Indonesia Merdeka, mudah-mudahan ini akan bermanfaat. Kiranya bila ada kata-kata yang tidak berkenan saya mohon maaf.
Akhir kata tak lupa dalam kesempatan ini saya ucapkan kepada warga Desa Rangkat yang melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa.
Merdeka….Merdeka….Merdeka!!!

Demikian sekilas tentang Kemerdekaan Indonesia yang mendapat aplaus dari seluruh warga Desa Rangat yang ikut memekikan kata Merdeka dan akhirnya acarapun ditutup dengan doa oleh Kang Hikmat serta diselesaikan dengan sebuah gita Kebangsaan ‘Syukur’.-

Semangat Hari Merdeka
Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66
(Pondok Petir, 16 Agustus 2011)

INDONESIAKU (2)

Indonesiaku……..
tiga ratus lima puluh tahun kau dikuasai bangsa lain
tiga setengah abad kau ditindas,
tiga ratus lima puluh tahun kau diremehkan ..
tiga setengah tahun dikuasai bangsa yang lain lagi
tiga setengah tahun dipaksa mengikuti budaya yang lain
tiga ratus lima puluh tiga setengah tahun dijajah
tiga puluh dua tahun dikuasai bangsa sendiri
tetapi tetap maju……………..

Indonesiaku……..
tiada pernah merasa letih
tiada mengenal rasa lelah
tiada ada kata lesu
takkan pernah lusuh
takkan lagi lemah
tak akan menjadi layu
dan tak lekang oleh waktu……………..

Indonesiaku……..
senantiasa maju penuh kesuksesan
tak ada lagi penindasan
negeri nan pandai
tak ada lagi kebodohan
selalu penuh dengan kedamaian
tak ada lagi permusuhan
bangsa yang kaya
tak ada lagi kemiskinan
daerah yang indah
tak ada lagi yang kosong
tempat yang hebat
tak ada lagi keterbelakangan
semuanya telah dikuasai……………..

Indonesiaku……..
tiada lagi penindasan
tiada lagi kebodohan
tiada lagi permusuhan
tiada lagi kemiskinan
tiada lagi kelaparan
tiada lagi keterbelakangan
semuanya telah musnah
dilenyapkan oleh pejuang bangsa……………..

Indonesiaku……..
kini telah maju dan sukses
kini sudah pintar dan pandai
kini selalu ramai dan damai
kini menjadi kaya dan raya
kini sangat indah dan cantik
kini hebat dan canggih
selalu tetap maju ke depan
disukseskan oleh pejuang bangsa……………..

Indonesiaku……..
tiga ratus lima puluh tiga setengah tahun dijajah
dikuasai bangsa lain
lalu……..
tiga puluh dua tahun dijajah
dikuasai bangsa sendiri
kini……..
enam puluh enam tahun merdeka
kau telah dikuasai bangsa sendiri yang lain
tetapi tetap maju……………..

(Pondok Petir, 17 Agustus 2011)

INDONESIAKU

Untukmu aku menangis
pada sepi bersembunyi
sungguh hati jadi haru
tiada mampu
untuk melihat
bahkan mendengar
sungguh aku tak bisa

Ada darah yang mengalir deras
ada suara tangis menggema
ada rasa selalu mencekam
ada banyak korban yang jatuh

Tergambar dalam benak
semua kejadian dulu
ketika bambu runcing
dan senjata tajam
di tangan-tangan yang kecil
mengayun rentak
memporakporandakan mereka

Tiba-tiba saat terjaga
membuyarkan rasa
merubah keadaan
menambah kesedihan
terlihat langsung pada kasat mata
semua……..
teman-temanku
sahabat-sahabatku
saudara-saudaraku
menghancurkan bumi pertiwi

Mereka tunduk patuh
pada para penggoda abadi
sehingga……..
tanpa rasio lagi
tanpa pikir lagi
tanpa hati lagi
mereka merasa benar
berkuasa penuh dalam
satu tarikan pemicu
menyebabkan ribuan nyawa terkapar

Kembali aku menangis
kali ini tanpa air mata
membayang dalam benak
pada dua waktu bersamaan
tiada mampu
untuk melihat
bahkan mendengar
sungguh aku tak bisa

Terlihat dengan kasat mata
para pejuang datang
mereka telah kembali
dengan tanda janur kuning
dengan jiwa merah putih
berkata : “Aku ingin Indonesia merdeka sampai kapanpun!”

(Pondok Petir, 10 Agustus 2011)

SEJARAH BANGSA

Ada jalan menuju kediamanmu
selorong dekat perkampungan
di timur ada telaga
aku sempat rehat di tepi dan mandi……..

Di atas desa itu
tampak kau tersenyum
di pekarangan yang hijau
aku sambut cepat dengan berseri……..

Kini telah tiada tanah adat
sungai yang dulu benyanyi deras
tinggal genangan retak
sunyi gersang
tak ada lagi orang-orang
bermain disini
mereka pergi mencari
tempat bermain yang lain
di lorong-lorong jalan
di kolong-kolong jembatan
di pasar-pasar terminal
yang buat desa ini
menjelma kota sunyi……..

Ada jalan menuju kediamanmu
dahulu kala selorong dekat
perkampungan dan telaga di timur
tapi kini sunyi gersang
hanya ada gemuruh tambang
siang malam
bagai menjaga rembulan
mengusir mentari
dari jalan menuju kediamanmu……..

Kau tahu pertambangan itu
gemuruhnya benyanyi deras
perkampungan dan telaga luas
menjadi Sirna
seketika……..
tercebur lumpur
“Hancur leburlah masa depan kami”
kata suara kecil yang ketakutan

Aku mengenang-ngenang
suatu masa tentang raja penguasa
nan sakti
pada tongkatnya
dengan hanya menunjuk
dapat meraih tempat
membajak sawah orang
menindas……..

Kata dalam hikayat
sang raja penguasa adalah penyayang
entah kepada siapa
lalu dengan tongkat
dia berputar deras
maka keluarlah kekayaan bumi
lumpurpun meluap
rakyatnya sekarat melarat……..

Kata dalam hikayat
waktu terus meluncur
lumpur terus menjulang
raja penguasa menghilang bersama tongkatnya
perkampungan……..
desa……..
telaga……..
menjadi rata
gemuruhnya mencekik rakyat

Kini kutahu beritanya
dari buku sejarah bangsa

(Pondok petir, 09 Agustus 2011)

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66

RAMADHAN 6

Adalah bulan untuk melatih
jiwa nan sadar
rendah hati pada sesama,
tiada merasa paling mulia,
hindari bertentangan pada saudara
pantang angkuh di muka bumi
takut meremehkan orang lain……..

Adalah bulan untuk mengetahui
hati nan murni
bertujuan hidup mencintai dicintai
Allah nan Maha Pengasih
yang tidak menyukai
laga pertikaian
lagi pertentangan
lagu kesombongan……..

Adalah bulan untuk meraih segala
anugerah Allah
rachmat nan suci
pengampuan hati
pembebasan diri
menuju kemenangan
lahir dan bathin…………….

(Pondok Petir, 11 Agustus 2011)

RAMADHAN 5

Rahasia bulan
yang datang kemarin
adalah rachmat nan tiada henti
bertabur bintang
di setiap bidang
senantiasa terang benderang

Rahasia bulan
yang masuk hari ini
adalah pintu nan selalu terbuka
dengan keikhlasan
di dalam kalbu
sarat pengampunan suci

Rahasia bulan
yang menunggu esok lusa
adalah hari pembebasan
menuju kemenangan diri
di setiap jiwa
kembali dalam fitrah

Bila waktu telah hilang
saat kan sirna
raga meregang
jiwa melepas
tiada lagi ikhtiar

Bila tangan menggenggam biji
tak perlu ragu menanam
karena sesungguhnya
Dia tak melihat hasil
Dia selalu menghargai
upaya diri atas petunjuk
seperti kiat menahan nafsu
dalam bulan yang datang
kemarin
hari ini
esok lusa
disiplin diri jalani norma
sebagai bukti usaha jiwa
untuk selalu tunduk kepadaNya

(Pondok Petir, 10 Agustus 2011)

Minggu, 07 Agustus 2011

RAMADHAN 4

Dari hulu mengalir deras
butir-butir cahaya jernih
limpahan rachmat
menuju pengampunan jiwa
demi meraih pembebasan diri……..

Pada muara menyeruak lepas
bias sinar rembulan
menghilangkan kegelapan
menampakan jejak alami
guna menerangi gejolak kalbu……..

Hingga akhirnya asa menjelma
nyata dengan indah
adalah upaya mengenal jiwa
bersihkan seluruh raga
makin meyakinkan hati
pada sang penguasa
melalui revolusi benak pikiran
sadar mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta

(Pondok Petir, 04 Agustus 2011)

RAMADHAN 3

Wahai ramadhanku
lumatlah ragaku
dengan sejuknya sahur
dengan panasnya lapar
dengan keringnya dahaga
kebenaran……..
agar diri menjadi putih
jiwa terlapis mental
melepas semua noktah hitam

Wahai Ramadhanku
basuhlah hatiku
dengan mata airmu
dengan nikmatnya lapar
dengan nikmatnya dahaga
pahalamu……..
agar semua dosa-dosaku larut
tersapu aliran sungai beningmu
yang penuh dengan cahaya indah

senantiasa mengalir siang dan malam……..

(Pondok Petir, 02 Agustus 2011)

RAMADHAN 2

Sungguh taman itu telah tiba
dengan pintu gerbang putih
dihiasi bunga-bunga kebajikan
dilindungi hamparan rumput sedekah
dilengkapi kolam ringan tangan pada sesama……..

Sungguh kutelah masuk ke taman itu
paginya disejukkan doa fajar menyingsing
siangnya dihangatkan sinar mentari menahan nafsu
malamnya diterangi rembulan shalat malam
nikmatnya hidup di taman indah segala bulan…………….

(Pondok Petir, 01 Agustus 2011)

RAMADHAN

Malam ini kulihat bulan
walau kadang samar terlihat sinarnya
melengkapi langit berhias bintang
tanda-tanda malam-malam suci tiba
sedang berbaris menunggu giliran
bertemu kembali denganku
membawa catatan-catatan
yang akan dipersembahkan pada-Nya
setiap pagi menjelang……..

Akankah catatan-catatan itu
aku goreskan dengan segenap cinta
dapatkah kumerajut amal soleh
doa dan dzikir
ilmu nan bermanfaat
kitab suci dan sujud
bahagiakan kaum fakir
berbuat baik terhadap sesama
persembahan diriku pada-Nya

Ataukah aku akan alpa
membiarkan malam-malam suci berlalu
sambil mengucurkan air mata
tiada hingga
akibat rasa malu
ketika harus mempersembahkan
catatan-catatan kosong pada-Nya
yang telah banyak memberi……..

(Pondok Petir, 29 Juli 2011)

[MPK] CURAHAN HATI NUNIL

Senja telah mulai sirna ketika udarapun tidak begitu bersahabat. Hujan turun dari mulai rintik-rintik hingga menjadi lebat bercampur badai. Mencekam sekali rasanya, apalagi listrik padam pada saat itu. Sehingga dapat dibayangkan betapa gelapnya keadaan desa Rangkat malam itu. Dan cukup lama keadaan tersebut baru mulai berbeda. Setelah hujan agak reda, Nunil mengambil HP nya lalu langsung menghubungi seseorang yang sudah lama sekali tidak pernah ia temui.
“Hallo… !”
“Ya, hallo…… !”
“Assalamu’alakum”
“Waalaikumsalam…..”
“Bisa bicara dengan Edri ?”
“Ya, saya sendiri !”
“Hey, Dri! Aku Nunil masih ingat ?”
“Hey, kamu rupanya ! Tumben baru telepon lagi ? Apa kabarnya nih ?”
“Baik-baik Dri, kamu bagaimana ?”
“Sama, cuma sedikit pusing karena cuaca agak buruk ya ? Ada kabar apa nih?”
“Dri, malam ini kamu sibuk nggak?”
“Nggak tuh, kenapa?”
“Bisa terima pengaduan nggak?”
Edri tertawa mendengarnya. Ia jadi teringat kalau sahabatnya yang satu ini - Nunil - memang selalu suka meminjam istilah-istilah lucu. Seperti pengaduan tadi misalnya. Pengaduan bagi Nunil artinya bahwa dia lagi punya uneg-uneg yang akan dibaginya dengan Edri.
“Bisa, glek saja langsung !”
Nunil gantian ketawa. Ia merasa cukup terhibur. Setelah seharian tadi kepalanya mumet dan merasa nyaris pecah gara-gara pertempuran dengan Adi, cowoknya.
“Begini Dri, kayanya aku nggak bisa langgeng sama Adi …..”
Nunil mulai melaporkan pengaduannya. Lalu ceritanya segara meluncur seperti sebuah cerpen.

****************

“Kalau mau bubaran, ya bubar saja Mas ! Kita nggak usah bertele-tele”.
Siang itu kemarahan Nunil sudah sampai ke ubun-ubun. Ditendangnya batu kecil yang ada di jalanan yang dilewatinya berdua Adi.
“Kamu itu bicara apa ?”
“Bicarain kita, Mas kira sekuat apa aku menahan kesal yang sudah menumpuk sejak lama ?”
“Kamu kesal sama saya ?”
“Sama semuanya ! Tapi yang penting sama kelakuan Mas. Mas selalu mau menang sendiri.
Selalu menyalahkan aku, sementara kalau Mas yang salah, Mas nggak merasa bersalah. Seolah-olah Mas nggak pernah bersalah terhadapku”. Adi mengerutkan keningnya.
“Bisa kamu sebutkan ?”
“Bisa, banyak sekali !”, sambar Nunil cepat
“Yang paling gres seminggu yang lalu. Mas menyalahkan aku ketika aku pergi dengan teman-temanku dan melarang aku untuk pergi dengan orang lain ! Sementara kemarin, Mas ngobrol sama cewek dengan seenaknya. Seolah-olah aku dianggap nggak ada”.
“Kapan ? Saya nggak merasa seperti yang kamu tuduhkan ! Sayang saya tak berkurang kan ? Kamu saja yang lagi senang marahin saya !”
“Aku nggak mau dengar rayuan Mas lagi, pokoknya aku ingin kita bubaran !”
“Lho ! Itu kan maumu, keinginan sepihak. Berarti kamu memaksa saya ?”
“Pokoknya bubar !”
“Nunil, kita kan sudah lama bersama. Hampir satu setengah tahun. Bukan saatnya lagi kita ribut-ribut kayak begini dan ingin bubar lagi. Pasti ada solusinya, kita bisa bicarakan baik-baik”.
“Justru karena sudah lama aku sudah mencoba berdiam diri, biar Mas merasa. Tapi nyatanya Mas masih nggak mengerti juga !”.
“Kamu marah, Nil ?”
“Marah sekali !”

****************

“Terus, terus ……..”, Edri mendengarkan cerita Nunil dengan tekun. Cewek memang suka begitu kalau marah ledakannya sungguh hebat !
“Terus, terus. Memangnya cerita bersambung ?”, Nunil kesal. “Kayaknya kamu lagi nanggapin aku deh, Dri”.
“Bukan begitu, Nil. Kalau kamu ceritakan semuanya nanti bisa plong. Aku kan cuma ingin kamu baik-baik saja”.
“Aku baik-baik aja, koq. Sudah lega dan senang bisa cerita sama kamu. Ya, begitu deh, kalau pacaran sama Adi. Dia mau menang sendiri. Adi itu merasa benar terus. Semua cowok sifatnya begitu, ya ?”
“Nil ….”, Edri mengingatkan. “Aku juga cowok, lho.”
“Sorry, deh ! Soalnya si Adi menyebalkan sih….”
“Kamu itu mestinya membuat kepalamu dingin dulu, Nil. Jangan memutuskan sesuatu dengan keadaan emosi. Hasilnya pasti kurang baik”.
“O, iya ?”
“Iya, coba deh tenang dulu. Kalau besok atau nanti ketemu Adi, bicara baik-baik. Kamu pikirkan yang lebih dalam lagi”.

****************

Keesokan harinya dengan berbekal nasehat dari Edri, Nunil pergi untuk menemui Adi dengan hati yang senang. Maksudnya, dia berusaha mengusir rasa sebal dan segala sumpah serapahnya buat Adi. Nunil sengaja tidak menghubungi Adi lewat HP nya.
Namun setelah tiba di rumahnya Adi, ternyata dia belum pulang sejak kemarin. Ia pergi entah kemana. Dihubungi lewat HP pun tidak ada jawaban. Dengan perasaan kecewa Nunil menitipkan pesannya. Dia berusaha habis-habisan untuk bertemu Adi. Sejam, dua jam, sehari, tiga hari dan berikutnya hanyalah harapan dan penantian yang tak berujung. Akhirnya Nunil mulai kesal karena tidak ada kabar tentang Adi.
“Aku jadi nggak sabaran deh, Dri. Diharapkan ada, malah nggak ada. Dikangenin malah nggak mau tahu. Aku benar-benar kesal, nih !”
“Wah, kamu saja yang suka emosi, Nil. Mungkin dia sedang sibuk atau kamu hanya selisih jalan sama dia”.
“Nggak mungkin, Dri. Aku sudah ke rumahnya, koq. Barangkali dia menghindar dari aku, ya !”
“Tuh, kan mulai lagi deh kamu berprasangka buruk. Itu nggak baik”.
“Soalnya Adi dikangenin nggak mau. Kamu tahu aku kan ? Kalau aku rindu dan orang yang aku rindu nggak ada, aku selalu mengubur rinduku itu. Makin lama waktunya lewat, akau makin nggak mau membicarakannya lagi. Aku anggap sudah nggak ada rindu lagi”.
“Kamu harus makin sering menyabarkan hatimu, Nil. Orang sabar itu selalu dikasihani Allah…..”.

****************

Adi datang ke rumah Nunil seminggu kemudian, setelah Nunil menelepon Edri. Saat itu perasaan Nunil kepada Adi biasa-biasa saja. Dia tidak kesal, dan tidak kangen kepada Adi. Perasaannya sungguh aneh, karena semuanya seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Biasa saja. Sangat datar.
“Kamu nggak kangen saya, Nil ?”
“Sudah nggak, tuh !”
“Koq, bisa begitu ?”
“Entah, ya. Itu diluar kehendakku”
“Oh, Nunilku. Kamu pasti masih mendidik marah pada saya, ya ?”
“Nggak tuh !”
“Saya kangen kamu, Nil ! Saya sayang kamu” Lalu Adi menggandeng tangan Nunil. Cepat-cepat Nunil menepiskan tangan kokoh itu.
“Aku tahu…” Malam harinya Nunil menelepon Edri lagi.
“Bayangkan, Dri…. Aku sudah nggak punya kangen lagi. Pun ketika ia muncul di depanku. Boro-boro kangen, digandeng saja aku nggak mau !”
“Kamu nggak boleh begitu, Nil. Kamu terlalu dihantui oleh perasaan kamu sendiri. Koq, sulit amat buat memaafkan kesalahan orang. Coba pikirkan lagi deh. Adi kan bukan orang lain buat kamu”.
“Justru itu ! Aku nggak enak dong, kalau cuma pura-pura sayang sama dia”.
“Cuma karena begitu, kamu jadi nggak sayang lagi ?”
“Pokoknya aku telah kehilangan segala rasa sayangku pada Adi, Dri. Aku sudah lelah…”.
Hening di seberang sana. Edri menunggu kelanjutan pembicaraan Nunil.
“Edri, apa benar ya, kalau kita kehilangan rasa kangen itu artinya kita sudah nggak sayang lagi sama orang yang kita cintai ?”
“Entah ya, Nil. Aku kan belum pernah mengalami seperti kamu itu”.
“Aku telah membohongi Adi, Dri. Sebenarnya sudah lama rasa sayangku itu habis. Sejak dia mulai tidak memperdulikan aku lagi”.
“Nunil, apapun yang akan kamu putuskan, kamu harus yakin benar akan semua tindakan itu, nggak cuma karena emosi. Itu saja. Rasanya aku sudah pernah bilang tentang hal ini kan ?”
“Sudah, terima kasih ya, Dri”.

****************

Nunil baru saja tiba di rumahnya. Ia tampak lusuh setelah seharian penuh pergi ke kampus membantu persiapan lomba penulisan prosa disana. Gadis berambut pendek itu langsung ke kamarnya dan membaringkan dirinya di atas kasur. Ada sesuatu yang lebih melelahkan dirinya selain karena melaksanakan tugas kepanitiaan. Dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja Nunil bertemu Adi sedang berduaan dengan wanita lain. Tapi disaat itu ia sudah benar-benar tidak merasakan kecewa lagi. Namun hatinya seperti telah merasakan kelelahan yang amat dahsyat, sehingga ia langsung terlelap tanpa sadar tidak seperti biasanya. Lama Nunil tertidur hingga ia terjaga ketika mendengar suara dering HP nya.
“Selamat malam……..”, Nunil menyapa.
“Malam, Nunil…”
“Oh, kamu Mas”, Nunil segera mengenali suara Adi di seberang sana.
“Ada apa ?”
“Saya ingin menjelaskan kejadian siang tadi”
“Ah, nggak perlu koq, Mas. Semuanya sudah jelas bagiku……”
“Dengar dulu, Nil……”
“Nggak mau, aku tahu pasti Mas akan bilang adalah sulit bagi seseorang buat mengubah pandangannya tentang sesuatu yang sudah biasa dialaminya. Aku kenal betul siapa Mas !”
“Nunil…..”
“Biar kamu tahu, Mas ! Aku sejak dari awal sayang sama Mas, tapi bukan dengan kelakuanmu yang tidak terpuji itu”
Kata Nunil tegas sambil menahan gejolak emosinya.
“Saya tahu”, Adi menghela napasnya. “Maafkan saya, Nil. Kalau cemburu saya sudah kelewatan. Dan kelakuan saya yang menurutmu tidak adil terhadapmu”
Nunil diam sejenak. Dia harus tegas dalam mengambil keputusan.
“Sekarang saya mengerti semuanya, Nil”, Adi mencoba sabar. “Bagaimana kalau kita coba lagi, Nil ?”
“Nggak perlu. Aku sudah lelah”, Nunil memegang dahinya. “Aku sudah terlalu lelah. Aku ingin semuanya berakhir………”.
Tanpa menunggu kalimat Adi, Nunil memutuskan hubungan teleponnya. Tak lama kemudian, ia menghubungi Edri.
“Ternyata aku benar, Dri. Aku langsung kehilangan kangen, itu berarti aku sudah nggak sayang lagi sama orang yang seharusnya aku kangenin………”
“Kamu ngomong apa sih, Nil….. ?”
“Aku sudah resmi bubaran sama Adi barusan, Dri. Besok aku telepon kamu lagi ya ? Sekarang aku sangat lelah…..”.
“Halo, halo…….”, Edri masih memanggil-manggil waktu Nunil buru-buru mematikan HP nya.

****************

Geliat cinta dua antara insan.
Terkadang senyap dan sesekali mejulangi
Mengangkasa hingga tak dapat diraih lagi
Semua ada karena kebersamaan

Cinta yang jauh di ujung sana
Menanti dan mengharap pertemuannya
Dalam gelisah tiada tara
Meski batin tak bisa mengikat diantara keduanya

Suatu ketika cinta itu ternoda
Walau tiada kotoran yang merajahnya
Semua terjadi karena salah yang tipis saja
Hingga akhirnya menghapus rasa yang ada

Saat ini kebersamaan itu telah terganti
Rasa cinta yang selalu terobati
Karena ada dan selalu menemani
Dalam setiap resah dan gelisah yang merajahi

****************

Saat ini, disebuah taman yang indah terlihat dua sosok remaja yang sedang bercerita. Mereka terlihat senang bercengkrama. Kebahagiaan itu terpancar dari kedua senyumnya yang senantiasa saling membalas. Indah ditemani kupu kupu yang terbang diantara bunga-bunga yang berwarna-warni.
Hijau dedaunan dan rumput disekitarnya. Melengkapi perasaan mereka yang baru tumbuh dan semakin memperkuat akar akarnya. Karena cinta diantara keduanya berawal dari akar persahabatan yang sejak lama bersarang. Mereka kini menyirami akar itu dengan perasaan cinta dan kasih sayang.
Kedua sejoli tersebut duduk ditaman saling berhadapan. Mereka saling berucap janji untuk selalu menjaga cinta diantara keduanya. Karena mereka telah memahami kelemahan dan kekurangan masing-masing. Mereka berjanji untuk saling melengkapi. Sebagai pasangan kekasih.-

*********O*********

Penulis : R-82 & Edy Priyatna Nomor peserta: 228
(10 Juni 2011)