Tepat pukul 12.15 WIB pada hari Senin kemarin, saat aku baru saja selesai shalat Dzuhur tiba-tiba aku dikejutkan oleh bunyi dering handphone yang ada disaku celanaku. Ternyata mantan kekasihku yang menelepon. Cukup lama aku berpikir untuk menerimanya. Ada kabar apa sebenarnya dia meneleponku, karena hal itu diluar kebiasaannya. Akhirnya setelah lama kupertimbangkan, kuterima juga telepon itu.
“Hallo… !”
“Ya, hallo…… !”
“Assalamu’alakum”
“Wa’alaikumsalam…..”
“Ayah……..”
“Ya…ada apa Bu…”
“Ini Yah….ada paket kiriman dari Yogyakarta”
“Apa….paket parcel, ya Bu?”
“Nggak tahu nih….mungkin juga kali?”
“Dibuka saja kalau gitu Bu…..”
“Iya deh Ibu buka sekarang…..”
Aku bingung, siapa yang telah mengirimkan parcel untukku. Yang mengherankan parcel itu dikirim dari Yogyakarta lagi. Siapa sahabatku yang tinggal di Yogyakarta itu? Seingatku temanku disana banyak sekali. Aku jadi mengingat-ingat kembali terutama sahabat-sahabatku yang pernah aku temui dua bulan yang lalu. Ketika itu aku menghadiri pertemuan ‘Desa Rangkat’ di Ganjuran, Yogyakarta. Ada Pak Emmanuel Astokodatu, Mas Odi Shalahuddin, Mas Halim malik, Bowo Bagus, Afandi Sido, Devi Juniarsih dan rekan-rekan dari grup ‘Canting’. Tak ada yang terbesit dalam benakku siapakah sahabatku yang telah mengirimkan paket parcel itu.
“Ayah….isinya buku Yah….”
“Apa Bu, buku?”
“Iya ini buku antologi karya, bagus sekali bukunya Yah….”
“Wah….bagus dong Bu….”
“Ini parcel yang indah Yah…koq kita bisa mendapatkan ini sih?”
“Ayah nggak tahu….nanti saja deh ayah lihat dulu parcelnya, sudah dulu ya Bu…Ayah mau kerja lagi,” kataku mengakhiri telepon dari rumah. Sementara aku masih belum tahu siapa pengirim paket parcel itu. Lalu aku mulai lagi dengan melaksanakan tugasku dengan mulai melupakan kabar paket parcel tersebut.
****************
Ketika tiba di rumah waktu itu tepat pukul 22.30 WIB aku langsung menanyakan paket parcel yang telah dikabari istriku tadi siang. Setelah aku lihat ternyata paket tersebut memang berisi sebuah buku yang indah kiriman ‘Indie Book Corner’ yang beralamatkan Gambiran Baru UH 5 Gang Ksatria II No.36 RT 45 RW 8 Yogyakarta.
“Ini sih buku Malam Prosa Kolaborasi Bu….”
“Iya tadi Ibu sudah membacanya…..bagus sekali isinya”
“Baca yang bagian mana Bu…..”
“Ibu baru baca ‘Sabda Semesta’ dan ‘Aku China, Kamu Jawa, Wo Ai Ni…’ bagus sekali prosanya Yah…”
“Lho, pasti baguslah Bu…..ini karya kolaborasi yang manstaf”
“Oiya tadi Ayah mau memberi tahu kenapa kita mendapatkan buku ini?”
“Hehe….berarti Ibu belum membaca prosa ‘Curahan Hati Nunil’ ya…?” jawabku dengan senyum. Aku baru sadar kalau pernah menjadi peserta festival Malam Prosa Kolaborasi (MPK) di Kompasiana pada tanggal 10 - 11 Juni 2011 yang lalu. Lalu aku membuka buku itu pada halaman 125, disana terdapat tulisan prosa karya kolaborasiku dengan R-82. Aku memang telah terdaftar sebagai peserta MPK No.228 bersama dengan sahabatku R-82 (Syaroni). Kemudian aku buka halaman 735, ternyata ada sebuah puisi :
Prosa Kolaborasi dalam Puisi
Oleh : Edy Priyatna
Angin malam kerap mengibaskan
rambutmu jadi layarku
arungi samudera demi laut pertemuan kita
kerlingkan mata hingga tertutup
bibir tipismu turuti jiwa bergetar
menangkap rasa nan bergelora
dalam raga riakpun menepati janji
dia datang ke pantai ini
bersama jemari mengurai kembang, rambut tergerai lembut
serta bibir yang dahaga akan nyiur hijau
sekelebat hilang dalam pipa putih
dirimu seranum nyiur, diriku setajam sabit
begitu bisikan yang terdengar datang dari ujung laut
entah siapa……..
Kita balik kembali setelah lama ditinggalkan
orang-orang pinggiran yang acuh
tempat peraduan kasih kita
memadu rasa dan menyimpan duka kesejukan
yang terancam gelombang besar bergemuruh
tiba dari ufuk kasat penglihatan
yang menelan setiap tegak disisi lautan
membawa ikan-ikan berenang jauh
menggulung apapun yang ia inginkan
sehingga menghasilkan sepi
dan rasa sunyi yang senyap……….
Kita tak terpengaruh siang atau malam
tetap datang ke pantai nan selalu menyambut
emosi yang sama melumat ujung pangkal tubuh
menelan tumbuh kita memuntahkan seribu petaka
mungkin akan ada yang terlahir disini
bagai perompak laut berambut gimbal
berdoa memohon titipanNya
“Tuhanku……….tolong kirim titipan untukku……titipan yang cocok dengan emosiku……”
lalu berkata kecil, sesuatu tentang kebun indah dan musim semi
namun berubah bisikan tentang orang yang lari
menuju lautan yang menganga melumat sesaat…..
Kita tak pernah gelisah menggenggam tangan
bersama-sama melangkah menuju samudera
menentang prahara gelombang dahsyat
bagai bahtera jiwa diatas lautan luas
dengan badai ganas bergelora kalbu
memporakporandakan kerang dari titik yang dalam
hingga melarutkan sepi
karena rasa kasih yang membatu dihati
dalam ketenangan jiwa masih terdengar suara sayup-sayup
“…dimana suaramu, masih sirnakah?”
entah siapa……..
Kita akhirnya pulang meninggalkan pantai kelam
tanpa nyiur
tanpa bulan
tanpa bintang
tanpa sepi
tanpa sunyi
tapi dengan senyum dan dengan sinar
cerah dari tepi goresan pasir
putih lambang cinta kita
yang perlahan-lahan terhapus
ombak-ombak mengejar kita
menguap terbang kedalam jantung hati
saat mentari datang mengintip
kaupun tertunduk layu namun tetap gemulai
raut tampak sukacita kembali
ketika berbenah diri
ketika menyisir rambut
ketika mengusap mata
dalam melanjutkan perjalanan
waktu telah memainkan cinta kita…………..
sajak ini dipersembahkan khusus buat selingkuhanku
dan tim penggarap MPK Kompasiana.
(Edy Priyatna)
Pondok Petir, 10 Juni 2011
Sebuah paket parcel yang sangat indah yang telah aku miliki dihari kedua puluh dua bulan Ramadhan 1432 H. Akan menjadi sebuah kenangan yang amat mengesankan dan takkan pernah terlupakan di dalam hidupku.-
(Pondok Petir, 23 Agustus 2011)