Untukmu aku menangis
pada sepi bersembunyi
sungguh hati jadi haru
tiada mampu
untuk melihat
bahkan mendengar
sungguh aku tak bisa
Ada darah yang mengalir deras
ada suara tangis menggema
ada rasa selalu mencekam
ada banyak korban yang jatuh
Tergambar dalam benak
semua kejadian dulu
ketika bambu runcing
dan senjata tajam
di tangan-tangan yang kecil
mengayun rentak
memporakporandakan mereka
Tiba-tiba saat terjaga
membuyarkan rasa
merubah keadaan
menambah kesedihan
terlihat langsung pada kasat mata
semua……..
teman-temanku
sahabat-sahabatku
saudara-saudaraku
menghancurkan bumi pertiwi
Mereka tunduk patuh
pada para penggoda abadi
sehingga……..
tanpa rasio lagi
tanpa pikir lagi
tanpa hati lagi
mereka merasa benar
berkuasa penuh dalam
satu tarikan pemicu
menyebabkan ribuan nyawa terkapar
Kembali aku menangis
kali ini tanpa air mata
membayang dalam benak
pada dua waktu bersamaan
tiada mampu
untuk melihat
bahkan mendengar
sungguh aku tak bisa
Terlihat dengan kasat mata
para pejuang datang
mereka telah kembali
dengan tanda janur kuning
dengan jiwa merah putih
berkata : “Aku ingin Indonesia merdeka sampai kapanpun!”
(Pondok Petir, 10 Agustus 2011)