Pada suatu kesempatan di sebuah pertemuan Rizal terlihat berusaha mendekati Kembang. Besar rasa cintanya, dia telah mengikuti aroma yang lain dari pada yang lain. Tetapi sepertinya Kembang langkahnya setengah berlari-lari kecil ketika dia diam-diam bergeser menjauhinya. Sungguh lembut perawakan Kembang dalam bergaul, dia selalu berusaha untuk tidak menyakiti semua yang ingin mendekatinya. Tak terkecuali Rizal yang senantiasa tiada pernah habis-habisnya berupaya hingga titik darah penghabisan.
Ketika Rizal sedang mengambil minuman ringan yang disediakan dalam pertemuan itu, dia melihat dan mencium aroma yang tidak asing. Ternyata tidak jauh dari tempat itu Kembang sedang berbincang-bincang dengan Acik, Asih dan Jingga. Akhirnya Rizal dapat menemukan tempat pelarian Kembang (hehe…ini terinspirasi dari kasus M Nazaruddin).
Kembangpun tak dapat menghindari ajakan Rizal untuk pergi ke taman belakang dekat pos ronda Desa Rangkat. Di taman tersebut terdapat bangku panjang menghadap danau yang hijau sejuk. Mereka berdua akhirnya duduk di bangku itu. Kedua insan tersebut saling berbincang serius tanpa ada yang menggangu. Rizalpun menggunakan waktu yang baik itu untuk menyatakan cintanya sekaligus mengajaknya menikah.
Tak lama kemudian terdengarlah teriakan orang memanggil. Ternyata Mas Hans Sip Rangkat telah memanggil Rizal mengajak untuk nonton televisi di pos ronda. Katanya ada film kartun bagus yang harus ditonton oleh mereka berdua. Akhirnya karena penasaran Rizal dan Kembangpun bergegas menuju pos ronda. Disana mereka melihat ada sebuat film kartun tentang seekor kuda yang sedang jatuh cinta pada pasangannya. Dalam film Kuda tersebut benama Rizal sedang terlibat percakapan dengan kekasihnya Kembang. Wah ini sangat menarik menurut Rizal, pantas saja Mas Hans Sip teriak-teriak memanggilnya. Koq bisa ya?
Menjelang akhir perbincangan, Rizal bertutur kepada Kembang,
“Tidak bisakah engkau melihat, aku ini adalah pria yang gagah. Tubuhku berotot, dan tak ada satu pun yang mampu menandingi kecepatanku dalam perlombaan lari. Tidakkah engkau ingin menikah dengan pria seperti aku?”
Kembangpun hanya menjawab dengan santai,
“Tidak bisakah engkau melihat, engkau adalah seekor kuda sedangkan aku adalah seekor jerapah….”
Akhirnya film kartun itupun tamat.-
(Pondok Petir, 25 Agustus 2011)
Ketika Rizal sedang mengambil minuman ringan yang disediakan dalam pertemuan itu, dia melihat dan mencium aroma yang tidak asing. Ternyata tidak jauh dari tempat itu Kembang sedang berbincang-bincang dengan Acik, Asih dan Jingga. Akhirnya Rizal dapat menemukan tempat pelarian Kembang (hehe…ini terinspirasi dari kasus M Nazaruddin).
Kembangpun tak dapat menghindari ajakan Rizal untuk pergi ke taman belakang dekat pos ronda Desa Rangkat. Di taman tersebut terdapat bangku panjang menghadap danau yang hijau sejuk. Mereka berdua akhirnya duduk di bangku itu. Kedua insan tersebut saling berbincang serius tanpa ada yang menggangu. Rizalpun menggunakan waktu yang baik itu untuk menyatakan cintanya sekaligus mengajaknya menikah.
Tak lama kemudian terdengarlah teriakan orang memanggil. Ternyata Mas Hans Sip Rangkat telah memanggil Rizal mengajak untuk nonton televisi di pos ronda. Katanya ada film kartun bagus yang harus ditonton oleh mereka berdua. Akhirnya karena penasaran Rizal dan Kembangpun bergegas menuju pos ronda. Disana mereka melihat ada sebuat film kartun tentang seekor kuda yang sedang jatuh cinta pada pasangannya. Dalam film Kuda tersebut benama Rizal sedang terlibat percakapan dengan kekasihnya Kembang. Wah ini sangat menarik menurut Rizal, pantas saja Mas Hans Sip teriak-teriak memanggilnya. Koq bisa ya?
Menjelang akhir perbincangan, Rizal bertutur kepada Kembang,
“Tidak bisakah engkau melihat, aku ini adalah pria yang gagah. Tubuhku berotot, dan tak ada satu pun yang mampu menandingi kecepatanku dalam perlombaan lari. Tidakkah engkau ingin menikah dengan pria seperti aku?”
Kembangpun hanya menjawab dengan santai,
“Tidak bisakah engkau melihat, engkau adalah seekor kuda sedangkan aku adalah seekor jerapah….”
Akhirnya film kartun itupun tamat.-
(Pondok Petir, 25 Agustus 2011)