Senin, 19 September 2011

ULANG TAHUNKU

Sesungguhnya aku tidak terlalu menunggu momen yang disebut ulang tahun. Namun hampir sebagian orang setelah berumur tujuh belas, momen ulang tahun itu sangat diharapkan sebagai sesuatu yang sangat sakral. Kali ini bagiku hari ulang tahun itu akan berlalu seperti hari biasanya. Namun untuk menghormati dan menghargai teman-teman yang nanti akan memberikan ucapan selamat padaku, tentunya aku akan menyiapkan sesuatu buat mereka.

Tiba-tiba aku jadi teringat kisahku setahun yang lalu, ketika itu tanggal 20 Oktober 2010. Pagi itu dengan tergesa aku berangkat ke kantor. Sudah dua hari badanku meriang. Sisa kehujanan sepulang dari acara resepsi pernikahan sepupuku di Jakarta. Kegiatan yang full diakhir pekan, membuat badanku lunglai. Hampir kesiangan. Padahal aku harus mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari itu juga. Tak sempat kulihat handphone yang telah tertinggal di dalam laci kantor. Aku pesimis akan ada sms yang masuk untuk mengucapkan selamat hari ulang tahun padaku.

Kini trend memang sudah berubah. Hampir semua orang mengucapkan selamat hari ulang tahun lewat fesbuk. Pada awalnya aku berfesbuk ria, juga selalu semangat mengucapkan selamat. Namun lama-kelamaan akupun merasa bosan. Jadi sering hari ulang tahun teman-temanku pun berlalu begitu saja. Ketika sampai di kantor kubuka hanphone-ku, dan sms itu sudah ada disitu.
“Selamat ultah ya Acik….semoga selalu sehat, sukses dan bahagia….Amin,” kata sms itu yang dikirimkan jam enam pagi.

Dialah satu-satunya sahabat yang masih setia mengirimi aku ucapan via sms. Bahkan saat aku lupa dan tak pernah ingat hari ulang tahunnya. Dia tidak pernah menyinggungnya. Pernah aku berpikir kalau dia akan marah karena aku selalu lupa hari ulang tahunnya. Tapi justru tidak! Dia tidak pernah lupa dan sms ulang tahun itu tetap selalu ada di handphone-ku setiap tahun.

Sudah empat tahun aku mengenalnya. Ada rasa tak enak ketika bertemu teman lama yang menuduhku menjadi penyebab dirimu sendiri sampai saat ini. Rasa tak enak yang akhirnya membuat diriku menjauh padahal sebelumnya kita sangat dekat. Karena menganggap dirimu adalah sebaik-baiknya sahabat. Dirimu baik tak hanya padaku. Dirimu perhatian tak hanya padaku. Hampir pada semua teman kamu baik dan perhatian, tapi kenapa aku merasa jadi tertuduh?

“Koq, kamu nggak merasa bahwa perhatiannya yang baik selama ini adalah bentuk sayangnya padamu,” kata Mbak Jingga. Aku menggeleng lemah. terlalu shock dengan pernyataannya yang tiba-tiba.
“Dia itu baik pada semua orang, mbak.”
“Jelas saja kamu nggak merasa, kamu punya teman dekat, kan saat itu?”
“Iya, mbak.”
“Nah karena itulah, dia merasa tidak enak untuk menyatakannya.”
“Bukan salahku kan mbak? Roni tidak pernah bilang apa-apa, jadi aku kan nggak pernah tahu.”
“Itu salahmu lah. Coba kalau dia jadian sama kamu. Pasti kalian sudah nikah sekarang.”
Mbak Jingga masih menyalahkan aku. Kenapa mbak Jingga tega menuduhku seperti itu? Ah…sudahlah! Itu kan, kejadian setahun yang lalu?

Karena itu, aku pernah menjauhinya. Inbox yang biasanya rutin terkirim, menjadi terlupakan. Biasanya aku rajin bercerita tentang apapun. Pekerjaan dan lain-lain, bahkan di saat waktu senggangku kumanfaatkan untuk bersms-an dengannya. Perhatiannya amat luar biasa, karena dia ada disalah satu kota di pulau Jawa, yang perlu terbang untuk sampai kekotanya. Kesabarannya untuk menampung semua cerita, mungkin itu yang membuatku betah untuk ‘berhubungan’ dengannya. Padahal untuk bicara lewat telepon, sangat jarang sekali bahkan hampir tidak pernah. Pertemuan dengannya secara langsung pun baru satu kali, yaitu pada saat kopdar pertama Desa Rangkat. Setelah itu dia tidak pernah muncul, padahal aku berharap dia hadir pada pertemuan kedua di Yogyakarta. Pada waktu sekalinya bertemu, jarang sekali mengobrol, tetapi seingatku dia selalu ada disampingku kemana saja pergi. Yang sering kulihat malah dia sering bercanda dengan teman-teman lainnya. Akrab sekali.

Tetapi kenapa ketika aku telah sendiri malah menjadi ingin dekat dengannya. Sebenarnya dimana letak halangannya? Lalu kenapa hingga kini dia tak kunjung menikah? Jawaban itu tak pernah kuperoleh. Karena dia menutup rapat-rapat semua masalah yang membuatnya sedih. Sms ulang tahun selalu datang setiap tahun padaku, membuatku semakin merasa bersalah.
“Mas, maafkan aku yang selalu lupa pada hari ulang tahunmu.” smsku pada suatu ketika.
“Nggak apa-apa Acik. Aku tahu kamu selalu repot dengan pekerjaanmu.”

Namun ada yang tidak dapat aku lupakan pada saat itu. Ketika aku berusaha untuk mendekatinya. Aku mulai peduli dengan statusnya. Dia tetap tak memperlihatkan perubahan, seperti biasa saja. Hanya sms ulang tahun itulah penghubungnya. Dan aku selalu tetap merasa bersalah.
“Hai…Acik, apa smsku kemarin diterima?”
“Oh, tidak ada Mas?…Tidak ada sms…tapi aku mengirimu sms pula. Apakah sampai?”
“Tidak juga tuh!”
“Kenapa ya?”
“Aku juga nggak mengerti, kenapa?!”
“Mungkin kita harus ketemu kali?”
“Kapan?”
“Entah?”
“Suatu hari nanti…..”
“Kalau diijinkan…..”
“InsyaAllah…”
Itu percakapan terakhir setahun lalu dengannya pada inbox yang hingga kini masih tersimpan rapih. Saat itu aku ingat, dia telah mengirimkan lagunya Marcell ‘Takkan terganti’ dari youtube pada wall ku dengan status ‘Butuh waktu yang panjang…..’ Aku tak mengerti apa maksudnya karena semenjak itu tak pernah behubungan lagi.

Ketika aku terjaga, langsung kubuka fesbuk-ku. Tiba-tiba aku tertarik dengan ‘undangan’ yang telah terkirim di wall-ku. Ternyata undangan itu adalah : ULANG TAHUN DESA RANGKAT dan kegiatannya (KOPDAR 3). Aku menyatakan akan hadir dan membuat status pada undangan itu : “Event terbesar abad ini…ulang tahun desa terbesar di seluruh Indonesia…dan dirayakannya pas tanggal 20 Oktober…..*ultahku juga…”.-

Semangat Ulang Tahun Desa Rangkat!
(Pondok Petir, 19 September 2011)