Di kota semarak yang hijau, indah dan damai, aku melaksanakan tugas bekerjaku diluar kota yang kesekian-kalinya. Tanpa terasa sudah tujuh bulan aku berada di sini. Sejak aku mulai menginjakkan kakiku di kota Bengkulu itu, pada akhir bulan Nopember 2000 sudah berkesan sekali. Dan tidak sesuai dengan bayanganku sebelumnya. Aku telah mengenal kota Bengkulu dari berita-berita surat kabar di Jakarta. Kota tersebut telah porak-poranda akibat gempa tektonik yang terjadi pada tanggal 04 Juni 2000 yang lalu. Tetapi ternyata tidak terlalu seperti yang digambarkan oleh berita-berita itu. Walaupun memang banyak bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa tersebut. Dan tidak sedikit korban-korban yang menderita karenanya. Tak ada yang dapat mengelak terjadinya peristiwa itu.
Ketika aku mulai melaksanakan tugasku di kota itu, pernah terbayang dalam benakku seperti apa sebenarnya kejadian gempa yang dahsyat itu ?!
Dan ternyata akupun benar-benar mengalaminya, yaitu pada tanggal 16 Januari 2001 malam hari tepatnya jam delapan lewat tiga puluh menit telah terjadi gempa yang terus menerus sebanyak delapan kali dengan kekuatan enam koma lima scala richter. Dan dengan durasi yang agak panjang. Ada yang lebih dari satu menit, tidak seperti yang pernah aku alami sebelumya. Pada saat kejadian kulihat tetangga-tetangga disekitarku lari berhamburan keluar rumah. Sementara pada gempa yang pertama aku hanya terpana dan belum beranjak dari tempat tinggalku. Ketika sadar aku langsung lari keluar sambil berdoa. Getarannya sangat luar biasa dan aku benar-benar telah mengalaminya bukan bermimpi. Sehingga aku sempat terkejut dan rasanya tidak dapat kulukiskan. Kata orang-orang disini rasanya seperti dunia akan kiamat. Pengalaman pertamaku yang sungguh luar biasa. Subhannallah !
Peristiwa tersebut membuat warga kota Bengkulu dan sekitarnya menjadi trauma. Itu terlihat dari banyaknya orang-orang yang tidak mau masuk kedalam rumahnya masing-masing sebelum keadaan sudah benar-benar aman. Mereka membuka tenda di luar rumah atau lapangan. Gempa tersebut baru mulai menghilang setelah jam dua belas malam lewat tiga puluh menit, bersamaan dengan turunnya hujan lebat pada waktu itu.
Tanpa sadar akupun telah melupakan semua kejadian yang mengerikan itu dan terus bekerja melaksanakan tugasku sambil berdoa semoga kita semua selalu dilindungi oleh Allah SWT. Amin !
Pada saat senggang setiap seminggu sekali aku suka berjalan-jalan ke Pusat keramaian di Kota Bengkulu. Kadang pergi ke Pasar Minggu, Pusat Pertokoan di jalan Suprapto, Pasar Panorama, Baru Koto, Lapangan Tugu, dan ke Danau Dendam Tak Sudah. Atau aku pernah melihat-lihat museum rumah tempat kediaman mantan Presiden RI Pertama, almarhum Bung Karno selama masa pengasingan serta tak lupa pula aku mampir ke meseum rumah kediaman mantan Ibu Negara, almarhumah Ibu Fatmawati. Dan yang lebih menarik lagi, aku pernah menyaksikan Festival Tabot 2001, yaitu suatu acara festival kesenian dan kebudayaan khas Bengkulu yang selalu diadakan setahun sekali tepatnya setiap tanggal satu sampai dengan sepuluh Muharam. Dan acara tersebut selalu dipusatkan di Lapangan Tugu, dekat Gedung Daerah. Kebetulan acara Festival Tabot 2001 kali ini menurut orang-orang di Bengkulu merupakan acara yang paling meriah dari festival-festival sebelumnya. Karena pada acara Festival Tabot 2001 itu dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Ibu Megawati Sukarno Putri. Aku sangat berkesan sekali melihat acara festival itu. Disamping baru pertama kali menyaksikannya, juga aku menganggap acara khas kota ini merupakan suatu kebanggaan masyarakat Bengkulu khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Maka aku pikir sudah selayaknya acara Festival Tabot tersebut yang merupakan aset kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia itu perlu dilestarikan, dibudayakan, dan diperkenalkan kepada dunia. Sehingga Propinsi Bengkulu tidak hanya terkenal karena gempa-nya saja, tapi juga terkenal karena kesenian dan kebudayaannya yang sangat khas.
Aku juga pernah melihat-lihat lokasi tempat bunga Rafflesia di Cagar Alam Taba Penanjung. Namun sayang hingga saat ini aku belum pernah melihat bunga itu mekar. Padahal biasanya menurut orang-orang di sini bunga Rafflesia tersebut selalu ada yang mekar setiap pertengahan tahun. Aku berharap mudah-mudahan masih dapat menyaksikan indahnya puspa langka mekar, bunga kebanggaan Propinsi Bengkulu itu sebelum aku pulang.
Dan pernah ketika musim buah durian pada bulan Pebruari/Maret 2001 aku pergi rekreasi bersama rekan-rekan sekerja, sambil membeli durian ke daerah Bengkulu Utara, atau Taba Penanjung, Kepahyang dan Curup serta ke Bengkulu Selatan, Manna dan Bintuhan. Semuanya sangat menyenangkan dan aku sungguh telah menikmatinya. Sehingga dapat menghilangkan rasa jenuhku selama ini. Dan juga telah melupakan kejadian gempa yang dahsyat itu.
Namun pada awal bulan Pebruari 2001, ketika itu aku sedang berjalan-jalan di dalam Pertokoan Barata jalan KZ. Abidin, aku dikejutkan oleh benturan yang lumayan keras menimpa diriku. Kupikir ada gempa lagi disini, karena memang aku juga agak sedikit trauma dengan gempa. Setelah sadar terrnyata yang terjadi bukanlah gempa. Tetapi seorang gadis telah menabrakku dengan tidak sengaja sehingga kami berdua terjatuh di lantai. Kulihat dia meringis kesakitan dalam jatuhnya sambil memegangi kakinya yang sebelah kanan. Sementara aku tidak merasakan sakit apapun pada tubuhku. Aku tidak mengerti kenapa tabrakan itu bisa terjadi. Yang jelas memang pada waktu itu aku sedang berjalan sambil melihat-lihat pakaian yang dipajang di dalam pertokoan. Dan konsentrasiku saat itu tidak tertuju pada gadis yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan. Aku pikir gadis itupun pasti tidak melihatku. Sehingga peristiwa itu terjadi dan tak terelakkan lagi. Setelah terjatuh aku langsung berdiri dan menghampiri gadis itu.
“Oh, maafkan aku, dik !”, kataku tanpa sadar sambil memegangi kedua lengannya berusaha membantu dia untuk bangun dari jatuhnya. “Apa ada yang sakit atau terluka ?” tanyaku kemudian.
“Nggak apa-apa koq, mas ! saya yang salah, jalannya tidak hati-hati”, jawabnya masih mengusap-usap kakinya. Tak lama kemudian petugas Satpampun datang dengan membawa kotak P3K dan langsung merawat gadis itu. Aku juga ikut membantunya.
Kemudian setelah gadis itu sudah agak sembuh dan mulai bisa berjalan kembali walau sedikit agak pincang ketika berjalan, aku masih tetap menemaninya. Lama kami berdua saling berbincang, seperti sudah saling mengenal sebelumnya. Sehingga kami berduapun saling berkenalan.
“O, iya nama saya Edy !”, kataku memperkenalkan diri sambil menyodorkan tanganku. Lalu dia menyambutnya dengan tersenyum.
“Saya Putri !”, jawabnya pendek sambil menyalamiku.
Putri ?! Wah ! Nama yang tidak asing lagi bagiku ! Tetapi aku tak ingat Putri yang mana yang kumaksud. Aku merenung sejenak, mencoba mengingat-ingatnya. Tak lama kemudian aku sadar bahwa namanya sama persis seperti nama pemain utama sinetron Harga Diri di televisi swasta yang selama ini aku ikuti. Sejak aku bertugas di Bengkulu ini aku jadi gemar menonton televisi khususnya acara sinetron. Karena memang cuma itu hiburan satu-satunya yang dapat aku nikmati pada malam hari sebelum beristirahat tidur. Padahal kalau di Jakarta, belum pernah aku mengikutinya sampai tuntas semua acara-acara televisi. Kecuali Siaran Berita, Siaran Langsung Pertandingan Sepak Bola, Tinju, Balap Mobil Formula 1 atau Motor Grand Prix dan Siaran Olahraga lainnya, serta Film Lepas Barat yang bagus tentunya.
“Kalau Mas Edy tinggal dimana ?”, tanyanya membuat kuterusik dari lamunanku.
“Oh, di Jalan Kapuas 4/52 Lingkar Barat ! Kalau kamu dimana?”, aku balik bertanya.
“Di Jalan Sudirman II Pintu Batu No. 15 !”
“Di daerah mana ?”
“Disitu, nggak jauh koq dari sini !”
“Kalau begitu, boleh aku mengantarmu sekarang”
“Tentu saja boleh, ayo !”
Akhirnya akupun langsung mengantar Putri kerumahnya. Lega rasanya hati ini setelah tadinya aku pikir justru dia akan marah dan tidak senang denganku atas kejadian itu. Aneh !
Kejadian tersebut sepertinya biasa-biasa saja, tetapi menurutku tidak demikian. Aku telah mencoba berpikir keras tentang peristiwa yang telah terjadi pada diriku. Tanpa sengaja aku bisa bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis manis periang, berperangai ceria dan lembut. Aku ingat tangannya terasa lembut namun sedikit dingin seperti es, ketika aku menyalaminya. Kelihatannya ia begitu gembira menyambutku. Sering kudengar suara tawanya yang lepas saat bersenda gurau. Dan kulihat seperti ada sesuatu yang tersembunyi di bola matanya yang indah pada saat pertama kali bertemu. Kemudian waktupun tetap berlalu dan dunia tetap berputar seperti biasanya…………
Setelah kejadian itu, akhirnya kamipun sering bertemu dan saling bersahabat. Peristiwa tersebut rasanya takkan mungkin dapat kulupakan. Sejak pertama kali bertemu pada awal bulan Pebruari 2001 lalu sampai dengan saat ini, kurasakan sangat berkesan. Sangat menyenangkan hatiku. Belum pernah aku mengalami peristiwa aneh seperti itu. Sungguh sangat menarik ! Rasanya bagaikan menemukan sebuah batu permata yang sangat besar dan perlu pemikiran khusus untuk memecahkannya. Mungkinkah ini sudah menjadi takdirku ?!
Pada suatu hari aku pernah mengunjungi rumah Putri. Sebelumnya aku berjanji dahulu melalui telepon untuk datang kerumahnya setelah pulang kerja. Namun ketika aku sudah tiba di depan rumahnya, kulihat keadaan rumah tersebut tidak seperti biasanya. Sepi !
“Assalamu’alaikum….”, aku mengetuk pintu rumahnya yang berwarna hijau cerah.
“Waalaikumsalam….”, terdengar jawaban suara seorang pemuda dari dalam rumah yang kemudian membukakan pintu buatku.
“Putri ada, dik?”, tanyaku
“Oom siapa ya?”, katanya tanpa menjawab dulu pertanyaanku.
“O,iya perkenalkan saya Edy! Adik siapa?”
“Saya Arief, Oom! Adiknya Putri. Mari silahkan masuk!”
“Terima kasih! Saya mau bertemu sama Putri, ada?”, kataku hanya berdiri di depan pintu.
“Oh…Mbak, belum pulang Oom”, jawabnya.
“Kalau begitu tolong sampaikan saja bahwa saya sudah datang dan mungkin nanti saya akan meneleponnya, terima kasih !”, kataku langsung melangkahkan kakiku.
Aku pulang dengan perasaan gelisah dan tidak berusaha untuk mencari di tempat kerjanya. Karena kupikir sebelumnya dia sudah mengiakan untuk bertemu di rumahnya. Jam tujuh lewat tiga puluh malam aku meneleponnya, tapi tidak ada jawaban. Dan kuulangi sampai beberapa kali hingga jam sepuluh lewat, namun tetap tidak ada di tempat. Perasaanku menjadi resah dan matakupun tidak dapat dipejamkan. Aku tiada berdaya.
“Permainan telah dimulai”, gumamku.
Namun keesokan harinya aku telah berhasil menguasai diriku kembali. Tidak terpengaruh oleh kejadian kemarin, sehingga aku tetap dapat melaksanakan tugas-tugasku dengan baik. Seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa dengan diriku.
Beberapa hari kemudian Putri menemuiku dan minta maaf atas kesalahannya karena tidak memberitahuku kalau ia ada keperluan yang mendadak waktu itu. Aku langsung memaafkannya dan tak mau membahasnya lebih panjang lagi. Karena bagiku yang penting dapat bertemu dengannya. Itu saja cukup. Lalu kamipun terlibat dalam perbincangan yang sedikit serius. Memang setiap berjumpa aku selalu mendiskusikan tentang apa saja. Kadang dia mengeluarkan uneg-uneg dan aku dengan senang hati langsung membahasnya santai tapi serius. Kulihat Putri sangat menyukainya. Karena setiap terjadi dialog dia selalu bersemangat, berharap mendapatkan solusi dari hasil pembicaraan itu. Lalu tanpa sadar ia telah mulai membicarakan problem dirinya sendiri. Akupun jadi tambah respek, sehingga akhirnya mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.
“Sudah dua tahun, mas ! Putri nggak pernah punya sahabat laki-laki !”
“Jadi sekarang aku ini orang pertama ?” Dia mengangguk lemah. Akupun terharu mendengarnya. Bagaimana tidak ! Karena ternyata kekasihnya telah menghianati cintanya dan pergi dengan wanita lain yang ternyata wanita itu adalah sahabat dekatnya sendiri. Kurang ajar !
Kejadian-kejadian tentang kedukaan, kesedihan, keharuan, kegembiraan dan kebingungannya, yang kuterima selama ini akan aku simpan baik-baik dalam file-ku, karena semua itu bagiku sangatlah bermanfaat. Aku telah berpikir keras mencari solusi tentang masalah Putri. Sangat sulit memang, tapi aku yakin pasti dapat dipecahkan. Bukankah semua itu akan bisa karena biasa ?
Semuanya berjalan dengan cepat dan aku baru sadar akan semua ini. Karena tidak dinyana kenapa bisa terjadi pada diriku. Belum pernah terpikirkan olehku untuk menginginkannya setelah pertemuan itu. Namun entah kenapa diriku ini. Setiap melihat dia atau mendengar suaranya selalu merasakan gempa dalam jantungku. Apalagi bila dia menatapku. Mungkinkah ini terjadi karena gempa dahsyat yang telah kualami ?
Berkali-kali kucoba berusaha untuk menutup pintu hatiku ini. Tapi bila kembali bertemu atau mendengar suaranya lagi perasaan itupun selalu menghantuai dan mengejar diriku. Sampai-sampai aku nyaris gagal menahan emosiku dan berupaya keras untuk meredam semua gejolak jiwa ini. Gila !
Pernah pada suatu hari libur sekitar pertengahan bulan April 2001, aku pergi ke Pantai Panjang bersama Putri. Berjalan santai berdua di pesisir pantai yang agak ramai waktu itu. Lalu akhirnya duduk ditepi pada batang pohon yang telah usang. Melihat ombak yang selalu menderu. Mengamati anak-anak kecil yang sedang mandi dan bermain di pantai. Tetapi setelah itu aku benar-benar benci dengan diriku sendiri. Karena ketika itu aku hanya diam saja dan membisu serta tak dapat bicara di depan Putri. Sudah terlambat !
Selama dekat dengannya belum pernah aku membicarakan masalahku. Namun ketika aku tahu kalau Putri sangat menyukai puisi. Aku langsung menulisnya sekaligus menuangkan perasaanku. Hampir setiap hari aku menyempatkan diri menggoreskan penaku membuat kata-kata indah untuknya. Secara bertahap kulihat adanya perubahan pada dirinya setelah membaca puisi-puisiku itu. Dan kalau tidak salah sudah empat puluh puisi yang telah kuberikan padanya. Luar biasa ! Hebat !
Tiba pada waktunya Putripun mengetahui tentang diriku. Lalu ia langsung memberi pernyataan kepadaku.
“Mas, Putri ingin kita hanya bersahabat saja, anggap saja aku adikmu dan tentunya mas, kakakku. Oke!”
Katanya dengan tegas, ketika menjelaskan tentang perasaanku itu di rumahnya. Aku hanya mengangguk tenang, padahal aku sendiri sangat heran dengan pernyataan itu. Karena aku belum pernah mengatakan secara khusus bahwa aku telah mencintainya. Aneh !
“Biarlah hubungan kita ini sebatas sahabat yang dapat saling berbagi suka dan duka. Bukankah demikian, mas ?” Begitu pula katanya dalam surat yang telah aku terima pada akhir bulan April 2001.
“Kalau memang itu yang kamu rasakan selama ini, aku pikir kamu nggak perlu khawatir, dik! Karena bila ternyata aku ini mencintaimu bukan berarti aku harus memilikimu!” Kataku tegas mengomentari pernyataannya itu. Entah, aku tidak mengerti kenapa begitu lancar mengucapkannya. Dan ternyata itu membuat Putri terharu.
Tetapi aku tidak mau memperdebatkan masalah tersebut, karena disamping aku masih bingung dengan diriku sendiri, juga aku telah berjanji untuk membantu keadaannya yang sebenarnya sangat memprihatinkan, sehingga dengan tenang aku berusaha melaksanakan terapi bagi dirinya.
Sebenarnya secara tidak langsung terapi tersebut sudah aku lakukan sejak pertama kali aku mengenalnya. Yaitu aku mulai mengalihkan perasaan trauma yang selalu membayangi Putri sebelumnya, dengan menguasai dirinya dan melindunginya. Seolah-olah aku telah masuk kedalam jiwanya. Mengisi kepribadian yang suci, dengan kejujuran, kebenaran, dan tujuan hidup. Dan ternyata secara tidak langsung pula terapi itu direspon dengan baik oleh Putri, sehingga kuanggap sudah sesuai harapanku.
Dari hari ke hari aku selalu mengamati proses perubahan-perubahan yang terjadi. Air mukanya yang cerah dalam minggu ini telah menghapus semua kekhawatiranku. Ternyata kamu telah benar-benar berubah. Alhamdulillah !
“Mas, aku tadi habis potong rambut ! Nggak apa-apa kan? Cantik koq, mas!”, katanya ketika aku menelepon ke rumahnya. Aku telah menikmati rasa kegembiraannya yang bukan semu lagi.
Justru perubahan inilah sesungguhnya yang menyebabkan aku nyaris tidak dapat menahan diri. Gempa yang terjadi pada diriku semakin menjadi-jadi, seakan tidak pernah mau berhenti. Apalagi bila mengingat kata-katanya yang sampai saat ini masih terngiang di telingaku.
“Mas, kenapa kita baru bertemu sekarang ya ?”
Katanya dengan perasaan haru setelah dia mengetahui diriku yang sebenarnya. Serasa terbang kumendengarnya. Dan waktu itu aku hanya menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua bahuku. Tetapi kemudian dengan besar hati aku mengomentari pertanyaan Putri.
“Biarkanlah semua itu, dik ! Mungkin sudah Takdir ! Dan kita nggak boleh memaksakan kehendak ! Berdoalah agar kita selalu dilindungi oleh Allah SWT”.
Lalu kulihat Putri hanya menunduk diam setelah itu.
Akhirnya perasaanku kini baru mulai reda setelah aku mendengar bisikan lembut dalam mimpiku yang menurutku sangatlah kejam tapi secara logika amat bijaksana. Emosi tidak boleh menguasai diriku. Aku harus berusaha mengantisipasi semuanya. Agar tidak merasa selalu dikejar-kejar, dihantui, dan diganggu terus menerus. Aku tidak boleh membencinya, merasa kecewa, kesal dan sakit hati karenanya. Secara perlahan-lahan harus menjauhinya, memberi kesempatan pada yang lain. Aku harus merasa trauma bila kerumahnya, atau trauma bila menghubunginya lewat telepon, apalagi menemuinya langsung. Dan Putri tidak boleh mengetahui tentang ini. Mampuslah aku !
Kemudian setelah melalui pertimbangan yang matang aku memutuskan untuk mencoba melaksanakan puasa selama satu minggu. Aku berusaha untuk melupakannya untuk selama-lamanya. Ternyata cukup berhasil !
Pada akhir bulan Mei 2001, aku memutuskan untuk kembali melaksanakan terapi, namun kali ini untuk diriku sendiri. Awalnya kumulai dengan mengingat-ingat beberapa kejadian ketika bersama Putri. Lalu secara perlahan aku berusaha untuk menyadarkan diriku dari perasaan-perasaan yang tidak logika. Sejak saat itu aku selalu menjaga jarak dengan Putri. Sehingga akhirnya rasa gempa dalam jiwakupun mulai menghilang. Semuanya hanya akan menjadi kenangan yang indah dan menakjubkan. Lahaulawalakuwataillabillah !
Setelah semuanya aku jalani dengan apa adanya. Ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri. Dan aku telah mendapatkan semuanya itu di kota ini. Dari terjadinya gempa yang mendatangkan kesengsaraan hingga gempa yang membuatku menjadi bahagia karena bisa saling berbagi suka dan duka terhadap sesamanya. Ternyata dengan terjalinnya persahabatan tersebut aku dapat melaksanakan tugas-tugasku dengan baik. Sekaligus aku dapat melupakan kejadian gempa yang benar-benar dahsyat dan mengerikan itu.
Kini aku mulai mengerti semua hikmah yang aku alami. Bila semua ini karena takdir, dan kenapa terjadi pada diri kita ? Jawabannya adalah karena Allah SWT sangat sayang kepada kita. Sudah dapat dipastikan bahwa semua kejadian di dalam kehidupan ini selalu ada hikmahnya. Dan kita harus selalu ingat bahwa sesungguhnya kita tidak dapat mengelak apa yang akan terjadi pada diri kita. Maka alangkah baiknya kita nikmati saja semuanya itu. Karena dengan begitu dapat memberikan keyakinan bahwa Allah SWT selalu melindungi kita. Hanya kepada Tuhanlah kita memohon dan mengharap. Dan selama kita masih dapat memberikan pertolongan terhadap sesamanya dengan kemampuan yang ada tentunya , kita harus melaksanakan nya dengan tulus dan ikhlas.
Akhirnya aku telah mengikhlaskan semuanya dan perasaan gempa dalam jantungku saat ini benar-benar sudah tidak ada lagi. Kamipun berdua saling memaafkan. Putri juga sudah merasa plong hatinya. Walaupun merasa sedih hatinya karena sahabatnya akan segera meninggalkan dirinya.
Setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tentunya kali ini perpisahan yang sangat indah. Karena akan selalu terkenang seumur hidupku. Akupun berdoa kepada Allah SWT agar kita tidak mengalami gempa yang lebih dahsyat lagi, dan semoga amal ibadah kita selalu diterima oleh Allah SWT. Serta melindungi perjalanan pulangku ke Jakarta untuk kembali menemui keluargaku yang sangat aku sayangi dan cintai disana. Amin !
Selamat tinggal Gempa ! Selamat tinggal Sahabatku !
Aku titip cinta untukmu
Bila telah tiba waktunya untuk berpisah
kita akan sadari semuanya
karena kita mempunyai sedikit perbedaan
biarkanlah cinta itu tetap ada selamanya ……….
membasuh seluruh duka nestapa
hingga air mata telah membasahi pipi
kutitip cinta dalam langkahmu ……………………………….
Bengkulu, 04 Juni 2001
(Cerpen ini kupersembahkan khusus buat : Yennie Agustien, Bengkulu)
Cerita ini sengaja dibuat dalam rangka memperingati satu tahun gempa di Bengkulu semua kejadian dalam isi cerita ini hanya karangan belaka apabila ada kesamaan dengan kejadian dalam cerita ini hanya kebetulan saja.
Ketika aku mulai melaksanakan tugasku di kota itu, pernah terbayang dalam benakku seperti apa sebenarnya kejadian gempa yang dahsyat itu ?!
Dan ternyata akupun benar-benar mengalaminya, yaitu pada tanggal 16 Januari 2001 malam hari tepatnya jam delapan lewat tiga puluh menit telah terjadi gempa yang terus menerus sebanyak delapan kali dengan kekuatan enam koma lima scala richter. Dan dengan durasi yang agak panjang. Ada yang lebih dari satu menit, tidak seperti yang pernah aku alami sebelumya. Pada saat kejadian kulihat tetangga-tetangga disekitarku lari berhamburan keluar rumah. Sementara pada gempa yang pertama aku hanya terpana dan belum beranjak dari tempat tinggalku. Ketika sadar aku langsung lari keluar sambil berdoa. Getarannya sangat luar biasa dan aku benar-benar telah mengalaminya bukan bermimpi. Sehingga aku sempat terkejut dan rasanya tidak dapat kulukiskan. Kata orang-orang disini rasanya seperti dunia akan kiamat. Pengalaman pertamaku yang sungguh luar biasa. Subhannallah !
Peristiwa tersebut membuat warga kota Bengkulu dan sekitarnya menjadi trauma. Itu terlihat dari banyaknya orang-orang yang tidak mau masuk kedalam rumahnya masing-masing sebelum keadaan sudah benar-benar aman. Mereka membuka tenda di luar rumah atau lapangan. Gempa tersebut baru mulai menghilang setelah jam dua belas malam lewat tiga puluh menit, bersamaan dengan turunnya hujan lebat pada waktu itu.
Tanpa sadar akupun telah melupakan semua kejadian yang mengerikan itu dan terus bekerja melaksanakan tugasku sambil berdoa semoga kita semua selalu dilindungi oleh Allah SWT. Amin !
Pada saat senggang setiap seminggu sekali aku suka berjalan-jalan ke Pusat keramaian di Kota Bengkulu. Kadang pergi ke Pasar Minggu, Pusat Pertokoan di jalan Suprapto, Pasar Panorama, Baru Koto, Lapangan Tugu, dan ke Danau Dendam Tak Sudah. Atau aku pernah melihat-lihat museum rumah tempat kediaman mantan Presiden RI Pertama, almarhum Bung Karno selama masa pengasingan serta tak lupa pula aku mampir ke meseum rumah kediaman mantan Ibu Negara, almarhumah Ibu Fatmawati. Dan yang lebih menarik lagi, aku pernah menyaksikan Festival Tabot 2001, yaitu suatu acara festival kesenian dan kebudayaan khas Bengkulu yang selalu diadakan setahun sekali tepatnya setiap tanggal satu sampai dengan sepuluh Muharam. Dan acara tersebut selalu dipusatkan di Lapangan Tugu, dekat Gedung Daerah. Kebetulan acara Festival Tabot 2001 kali ini menurut orang-orang di Bengkulu merupakan acara yang paling meriah dari festival-festival sebelumnya. Karena pada acara Festival Tabot 2001 itu dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Ibu Megawati Sukarno Putri. Aku sangat berkesan sekali melihat acara festival itu. Disamping baru pertama kali menyaksikannya, juga aku menganggap acara khas kota ini merupakan suatu kebanggaan masyarakat Bengkulu khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Maka aku pikir sudah selayaknya acara Festival Tabot tersebut yang merupakan aset kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia itu perlu dilestarikan, dibudayakan, dan diperkenalkan kepada dunia. Sehingga Propinsi Bengkulu tidak hanya terkenal karena gempa-nya saja, tapi juga terkenal karena kesenian dan kebudayaannya yang sangat khas.
Aku juga pernah melihat-lihat lokasi tempat bunga Rafflesia di Cagar Alam Taba Penanjung. Namun sayang hingga saat ini aku belum pernah melihat bunga itu mekar. Padahal biasanya menurut orang-orang di sini bunga Rafflesia tersebut selalu ada yang mekar setiap pertengahan tahun. Aku berharap mudah-mudahan masih dapat menyaksikan indahnya puspa langka mekar, bunga kebanggaan Propinsi Bengkulu itu sebelum aku pulang.
Dan pernah ketika musim buah durian pada bulan Pebruari/Maret 2001 aku pergi rekreasi bersama rekan-rekan sekerja, sambil membeli durian ke daerah Bengkulu Utara, atau Taba Penanjung, Kepahyang dan Curup serta ke Bengkulu Selatan, Manna dan Bintuhan. Semuanya sangat menyenangkan dan aku sungguh telah menikmatinya. Sehingga dapat menghilangkan rasa jenuhku selama ini. Dan juga telah melupakan kejadian gempa yang dahsyat itu.
Namun pada awal bulan Pebruari 2001, ketika itu aku sedang berjalan-jalan di dalam Pertokoan Barata jalan KZ. Abidin, aku dikejutkan oleh benturan yang lumayan keras menimpa diriku. Kupikir ada gempa lagi disini, karena memang aku juga agak sedikit trauma dengan gempa. Setelah sadar terrnyata yang terjadi bukanlah gempa. Tetapi seorang gadis telah menabrakku dengan tidak sengaja sehingga kami berdua terjatuh di lantai. Kulihat dia meringis kesakitan dalam jatuhnya sambil memegangi kakinya yang sebelah kanan. Sementara aku tidak merasakan sakit apapun pada tubuhku. Aku tidak mengerti kenapa tabrakan itu bisa terjadi. Yang jelas memang pada waktu itu aku sedang berjalan sambil melihat-lihat pakaian yang dipajang di dalam pertokoan. Dan konsentrasiku saat itu tidak tertuju pada gadis yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan. Aku pikir gadis itupun pasti tidak melihatku. Sehingga peristiwa itu terjadi dan tak terelakkan lagi. Setelah terjatuh aku langsung berdiri dan menghampiri gadis itu.
“Oh, maafkan aku, dik !”, kataku tanpa sadar sambil memegangi kedua lengannya berusaha membantu dia untuk bangun dari jatuhnya. “Apa ada yang sakit atau terluka ?” tanyaku kemudian.
“Nggak apa-apa koq, mas ! saya yang salah, jalannya tidak hati-hati”, jawabnya masih mengusap-usap kakinya. Tak lama kemudian petugas Satpampun datang dengan membawa kotak P3K dan langsung merawat gadis itu. Aku juga ikut membantunya.
Kemudian setelah gadis itu sudah agak sembuh dan mulai bisa berjalan kembali walau sedikit agak pincang ketika berjalan, aku masih tetap menemaninya. Lama kami berdua saling berbincang, seperti sudah saling mengenal sebelumnya. Sehingga kami berduapun saling berkenalan.
“O, iya nama saya Edy !”, kataku memperkenalkan diri sambil menyodorkan tanganku. Lalu dia menyambutnya dengan tersenyum.
“Saya Putri !”, jawabnya pendek sambil menyalamiku.
Putri ?! Wah ! Nama yang tidak asing lagi bagiku ! Tetapi aku tak ingat Putri yang mana yang kumaksud. Aku merenung sejenak, mencoba mengingat-ingatnya. Tak lama kemudian aku sadar bahwa namanya sama persis seperti nama pemain utama sinetron Harga Diri di televisi swasta yang selama ini aku ikuti. Sejak aku bertugas di Bengkulu ini aku jadi gemar menonton televisi khususnya acara sinetron. Karena memang cuma itu hiburan satu-satunya yang dapat aku nikmati pada malam hari sebelum beristirahat tidur. Padahal kalau di Jakarta, belum pernah aku mengikutinya sampai tuntas semua acara-acara televisi. Kecuali Siaran Berita, Siaran Langsung Pertandingan Sepak Bola, Tinju, Balap Mobil Formula 1 atau Motor Grand Prix dan Siaran Olahraga lainnya, serta Film Lepas Barat yang bagus tentunya.
“Kalau Mas Edy tinggal dimana ?”, tanyanya membuat kuterusik dari lamunanku.
“Oh, di Jalan Kapuas 4/52 Lingkar Barat ! Kalau kamu dimana?”, aku balik bertanya.
“Di Jalan Sudirman II Pintu Batu No. 15 !”
“Di daerah mana ?”
“Disitu, nggak jauh koq dari sini !”
“Kalau begitu, boleh aku mengantarmu sekarang”
“Tentu saja boleh, ayo !”
Akhirnya akupun langsung mengantar Putri kerumahnya. Lega rasanya hati ini setelah tadinya aku pikir justru dia akan marah dan tidak senang denganku atas kejadian itu. Aneh !
Kejadian tersebut sepertinya biasa-biasa saja, tetapi menurutku tidak demikian. Aku telah mencoba berpikir keras tentang peristiwa yang telah terjadi pada diriku. Tanpa sengaja aku bisa bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis manis periang, berperangai ceria dan lembut. Aku ingat tangannya terasa lembut namun sedikit dingin seperti es, ketika aku menyalaminya. Kelihatannya ia begitu gembira menyambutku. Sering kudengar suara tawanya yang lepas saat bersenda gurau. Dan kulihat seperti ada sesuatu yang tersembunyi di bola matanya yang indah pada saat pertama kali bertemu. Kemudian waktupun tetap berlalu dan dunia tetap berputar seperti biasanya…………
Setelah kejadian itu, akhirnya kamipun sering bertemu dan saling bersahabat. Peristiwa tersebut rasanya takkan mungkin dapat kulupakan. Sejak pertama kali bertemu pada awal bulan Pebruari 2001 lalu sampai dengan saat ini, kurasakan sangat berkesan. Sangat menyenangkan hatiku. Belum pernah aku mengalami peristiwa aneh seperti itu. Sungguh sangat menarik ! Rasanya bagaikan menemukan sebuah batu permata yang sangat besar dan perlu pemikiran khusus untuk memecahkannya. Mungkinkah ini sudah menjadi takdirku ?!
Pada suatu hari aku pernah mengunjungi rumah Putri. Sebelumnya aku berjanji dahulu melalui telepon untuk datang kerumahnya setelah pulang kerja. Namun ketika aku sudah tiba di depan rumahnya, kulihat keadaan rumah tersebut tidak seperti biasanya. Sepi !
“Assalamu’alaikum….”, aku mengetuk pintu rumahnya yang berwarna hijau cerah.
“Waalaikumsalam….”, terdengar jawaban suara seorang pemuda dari dalam rumah yang kemudian membukakan pintu buatku.
“Putri ada, dik?”, tanyaku
“Oom siapa ya?”, katanya tanpa menjawab dulu pertanyaanku.
“O,iya perkenalkan saya Edy! Adik siapa?”
“Saya Arief, Oom! Adiknya Putri. Mari silahkan masuk!”
“Terima kasih! Saya mau bertemu sama Putri, ada?”, kataku hanya berdiri di depan pintu.
“Oh…Mbak, belum pulang Oom”, jawabnya.
“Kalau begitu tolong sampaikan saja bahwa saya sudah datang dan mungkin nanti saya akan meneleponnya, terima kasih !”, kataku langsung melangkahkan kakiku.
Aku pulang dengan perasaan gelisah dan tidak berusaha untuk mencari di tempat kerjanya. Karena kupikir sebelumnya dia sudah mengiakan untuk bertemu di rumahnya. Jam tujuh lewat tiga puluh malam aku meneleponnya, tapi tidak ada jawaban. Dan kuulangi sampai beberapa kali hingga jam sepuluh lewat, namun tetap tidak ada di tempat. Perasaanku menjadi resah dan matakupun tidak dapat dipejamkan. Aku tiada berdaya.
“Permainan telah dimulai”, gumamku.
Namun keesokan harinya aku telah berhasil menguasai diriku kembali. Tidak terpengaruh oleh kejadian kemarin, sehingga aku tetap dapat melaksanakan tugas-tugasku dengan baik. Seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa dengan diriku.
Beberapa hari kemudian Putri menemuiku dan minta maaf atas kesalahannya karena tidak memberitahuku kalau ia ada keperluan yang mendadak waktu itu. Aku langsung memaafkannya dan tak mau membahasnya lebih panjang lagi. Karena bagiku yang penting dapat bertemu dengannya. Itu saja cukup. Lalu kamipun terlibat dalam perbincangan yang sedikit serius. Memang setiap berjumpa aku selalu mendiskusikan tentang apa saja. Kadang dia mengeluarkan uneg-uneg dan aku dengan senang hati langsung membahasnya santai tapi serius. Kulihat Putri sangat menyukainya. Karena setiap terjadi dialog dia selalu bersemangat, berharap mendapatkan solusi dari hasil pembicaraan itu. Lalu tanpa sadar ia telah mulai membicarakan problem dirinya sendiri. Akupun jadi tambah respek, sehingga akhirnya mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.
“Sudah dua tahun, mas ! Putri nggak pernah punya sahabat laki-laki !”
“Jadi sekarang aku ini orang pertama ?” Dia mengangguk lemah. Akupun terharu mendengarnya. Bagaimana tidak ! Karena ternyata kekasihnya telah menghianati cintanya dan pergi dengan wanita lain yang ternyata wanita itu adalah sahabat dekatnya sendiri. Kurang ajar !
Kejadian-kejadian tentang kedukaan, kesedihan, keharuan, kegembiraan dan kebingungannya, yang kuterima selama ini akan aku simpan baik-baik dalam file-ku, karena semua itu bagiku sangatlah bermanfaat. Aku telah berpikir keras mencari solusi tentang masalah Putri. Sangat sulit memang, tapi aku yakin pasti dapat dipecahkan. Bukankah semua itu akan bisa karena biasa ?
Semuanya berjalan dengan cepat dan aku baru sadar akan semua ini. Karena tidak dinyana kenapa bisa terjadi pada diriku. Belum pernah terpikirkan olehku untuk menginginkannya setelah pertemuan itu. Namun entah kenapa diriku ini. Setiap melihat dia atau mendengar suaranya selalu merasakan gempa dalam jantungku. Apalagi bila dia menatapku. Mungkinkah ini terjadi karena gempa dahsyat yang telah kualami ?
Berkali-kali kucoba berusaha untuk menutup pintu hatiku ini. Tapi bila kembali bertemu atau mendengar suaranya lagi perasaan itupun selalu menghantuai dan mengejar diriku. Sampai-sampai aku nyaris gagal menahan emosiku dan berupaya keras untuk meredam semua gejolak jiwa ini. Gila !
Pernah pada suatu hari libur sekitar pertengahan bulan April 2001, aku pergi ke Pantai Panjang bersama Putri. Berjalan santai berdua di pesisir pantai yang agak ramai waktu itu. Lalu akhirnya duduk ditepi pada batang pohon yang telah usang. Melihat ombak yang selalu menderu. Mengamati anak-anak kecil yang sedang mandi dan bermain di pantai. Tetapi setelah itu aku benar-benar benci dengan diriku sendiri. Karena ketika itu aku hanya diam saja dan membisu serta tak dapat bicara di depan Putri. Sudah terlambat !
Selama dekat dengannya belum pernah aku membicarakan masalahku. Namun ketika aku tahu kalau Putri sangat menyukai puisi. Aku langsung menulisnya sekaligus menuangkan perasaanku. Hampir setiap hari aku menyempatkan diri menggoreskan penaku membuat kata-kata indah untuknya. Secara bertahap kulihat adanya perubahan pada dirinya setelah membaca puisi-puisiku itu. Dan kalau tidak salah sudah empat puluh puisi yang telah kuberikan padanya. Luar biasa ! Hebat !
Tiba pada waktunya Putripun mengetahui tentang diriku. Lalu ia langsung memberi pernyataan kepadaku.
“Mas, Putri ingin kita hanya bersahabat saja, anggap saja aku adikmu dan tentunya mas, kakakku. Oke!”
Katanya dengan tegas, ketika menjelaskan tentang perasaanku itu di rumahnya. Aku hanya mengangguk tenang, padahal aku sendiri sangat heran dengan pernyataan itu. Karena aku belum pernah mengatakan secara khusus bahwa aku telah mencintainya. Aneh !
“Biarlah hubungan kita ini sebatas sahabat yang dapat saling berbagi suka dan duka. Bukankah demikian, mas ?” Begitu pula katanya dalam surat yang telah aku terima pada akhir bulan April 2001.
“Kalau memang itu yang kamu rasakan selama ini, aku pikir kamu nggak perlu khawatir, dik! Karena bila ternyata aku ini mencintaimu bukan berarti aku harus memilikimu!” Kataku tegas mengomentari pernyataannya itu. Entah, aku tidak mengerti kenapa begitu lancar mengucapkannya. Dan ternyata itu membuat Putri terharu.
Tetapi aku tidak mau memperdebatkan masalah tersebut, karena disamping aku masih bingung dengan diriku sendiri, juga aku telah berjanji untuk membantu keadaannya yang sebenarnya sangat memprihatinkan, sehingga dengan tenang aku berusaha melaksanakan terapi bagi dirinya.
Sebenarnya secara tidak langsung terapi tersebut sudah aku lakukan sejak pertama kali aku mengenalnya. Yaitu aku mulai mengalihkan perasaan trauma yang selalu membayangi Putri sebelumnya, dengan menguasai dirinya dan melindunginya. Seolah-olah aku telah masuk kedalam jiwanya. Mengisi kepribadian yang suci, dengan kejujuran, kebenaran, dan tujuan hidup. Dan ternyata secara tidak langsung pula terapi itu direspon dengan baik oleh Putri, sehingga kuanggap sudah sesuai harapanku.
Dari hari ke hari aku selalu mengamati proses perubahan-perubahan yang terjadi. Air mukanya yang cerah dalam minggu ini telah menghapus semua kekhawatiranku. Ternyata kamu telah benar-benar berubah. Alhamdulillah !
“Mas, aku tadi habis potong rambut ! Nggak apa-apa kan? Cantik koq, mas!”, katanya ketika aku menelepon ke rumahnya. Aku telah menikmati rasa kegembiraannya yang bukan semu lagi.
Justru perubahan inilah sesungguhnya yang menyebabkan aku nyaris tidak dapat menahan diri. Gempa yang terjadi pada diriku semakin menjadi-jadi, seakan tidak pernah mau berhenti. Apalagi bila mengingat kata-katanya yang sampai saat ini masih terngiang di telingaku.
“Mas, kenapa kita baru bertemu sekarang ya ?”
Katanya dengan perasaan haru setelah dia mengetahui diriku yang sebenarnya. Serasa terbang kumendengarnya. Dan waktu itu aku hanya menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua bahuku. Tetapi kemudian dengan besar hati aku mengomentari pertanyaan Putri.
“Biarkanlah semua itu, dik ! Mungkin sudah Takdir ! Dan kita nggak boleh memaksakan kehendak ! Berdoalah agar kita selalu dilindungi oleh Allah SWT”.
Lalu kulihat Putri hanya menunduk diam setelah itu.
Akhirnya perasaanku kini baru mulai reda setelah aku mendengar bisikan lembut dalam mimpiku yang menurutku sangatlah kejam tapi secara logika amat bijaksana. Emosi tidak boleh menguasai diriku. Aku harus berusaha mengantisipasi semuanya. Agar tidak merasa selalu dikejar-kejar, dihantui, dan diganggu terus menerus. Aku tidak boleh membencinya, merasa kecewa, kesal dan sakit hati karenanya. Secara perlahan-lahan harus menjauhinya, memberi kesempatan pada yang lain. Aku harus merasa trauma bila kerumahnya, atau trauma bila menghubunginya lewat telepon, apalagi menemuinya langsung. Dan Putri tidak boleh mengetahui tentang ini. Mampuslah aku !
Kemudian setelah melalui pertimbangan yang matang aku memutuskan untuk mencoba melaksanakan puasa selama satu minggu. Aku berusaha untuk melupakannya untuk selama-lamanya. Ternyata cukup berhasil !
Pada akhir bulan Mei 2001, aku memutuskan untuk kembali melaksanakan terapi, namun kali ini untuk diriku sendiri. Awalnya kumulai dengan mengingat-ingat beberapa kejadian ketika bersama Putri. Lalu secara perlahan aku berusaha untuk menyadarkan diriku dari perasaan-perasaan yang tidak logika. Sejak saat itu aku selalu menjaga jarak dengan Putri. Sehingga akhirnya rasa gempa dalam jiwakupun mulai menghilang. Semuanya hanya akan menjadi kenangan yang indah dan menakjubkan. Lahaulawalakuwataillabillah !
Setelah semuanya aku jalani dengan apa adanya. Ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri. Dan aku telah mendapatkan semuanya itu di kota ini. Dari terjadinya gempa yang mendatangkan kesengsaraan hingga gempa yang membuatku menjadi bahagia karena bisa saling berbagi suka dan duka terhadap sesamanya. Ternyata dengan terjalinnya persahabatan tersebut aku dapat melaksanakan tugas-tugasku dengan baik. Sekaligus aku dapat melupakan kejadian gempa yang benar-benar dahsyat dan mengerikan itu.
Kini aku mulai mengerti semua hikmah yang aku alami. Bila semua ini karena takdir, dan kenapa terjadi pada diri kita ? Jawabannya adalah karena Allah SWT sangat sayang kepada kita. Sudah dapat dipastikan bahwa semua kejadian di dalam kehidupan ini selalu ada hikmahnya. Dan kita harus selalu ingat bahwa sesungguhnya kita tidak dapat mengelak apa yang akan terjadi pada diri kita. Maka alangkah baiknya kita nikmati saja semuanya itu. Karena dengan begitu dapat memberikan keyakinan bahwa Allah SWT selalu melindungi kita. Hanya kepada Tuhanlah kita memohon dan mengharap. Dan selama kita masih dapat memberikan pertolongan terhadap sesamanya dengan kemampuan yang ada tentunya , kita harus melaksanakan nya dengan tulus dan ikhlas.
Akhirnya aku telah mengikhlaskan semuanya dan perasaan gempa dalam jantungku saat ini benar-benar sudah tidak ada lagi. Kamipun berdua saling memaafkan. Putri juga sudah merasa plong hatinya. Walaupun merasa sedih hatinya karena sahabatnya akan segera meninggalkan dirinya.
Setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tentunya kali ini perpisahan yang sangat indah. Karena akan selalu terkenang seumur hidupku. Akupun berdoa kepada Allah SWT agar kita tidak mengalami gempa yang lebih dahsyat lagi, dan semoga amal ibadah kita selalu diterima oleh Allah SWT. Serta melindungi perjalanan pulangku ke Jakarta untuk kembali menemui keluargaku yang sangat aku sayangi dan cintai disana. Amin !
Selamat tinggal Gempa ! Selamat tinggal Sahabatku !
Aku titip cinta untukmu
Bila telah tiba waktunya untuk berpisah
kita akan sadari semuanya
karena kita mempunyai sedikit perbedaan
biarkanlah cinta itu tetap ada selamanya ……….
membasuh seluruh duka nestapa
hingga air mata telah membasahi pipi
kutitip cinta dalam langkahmu ……………………………….
Bengkulu, 04 Juni 2001
(Cerpen ini kupersembahkan khusus buat : Yennie Agustien, Bengkulu)
Cerita ini sengaja dibuat dalam rangka memperingati satu tahun gempa di Bengkulu semua kejadian dalam isi cerita ini hanya karangan belaka apabila ada kesamaan dengan kejadian dalam cerita ini hanya kebetulan saja.
1 komentar:
Wah, boleh juga tuh cerpennya ! Postingin cerita yang lainnya dong, biar nanti gue kasih komentar.
Posting Komentar