Setelah senja yang kulewati sore ini
sirna perlahan-lahan ……
langit jingga diselimuti awan hitam
sementara angin berhenti bertiup
peluh membuat kita terjaga
ketika malam mulai merekam keruntuhan
gempa yang pernah kubayangkan
kembali datang menggetar dahsyat
mampir ketempatku
menciptakan kegalauan hati
hingga larut melewati dini
walau ditutup dengan hujan badai yang deras
mataku tetap tak dapat dipejamkan
namun hatiku telah tertidur
hingga waktu subuh tiba
setelah menghadap Sang Pencipta
saat fajar mulai menyingsing
aku termenung memandang samudera
jikalau gempa itu adalah pintu untukku……
pasti akan aku buka dan masuk ke dalam getarannya”
(Bengkulu, 04 Juli 2001)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar