Dari belahan bumi paling murni
di lahan tandus tak dendam
di antara partikel-partikel basah
banyak orang kehausan
menanti tibanya sukacita
bagi sebuah kesumat yang tertunaikan
dari darah yang mengalir di ujung timur
Sementara……..
di ujung yang satunya lagi
di lahan subur yang pernah terendam
di antara kesunyian-kesunyian kering
banyak orang berhamburan
karena didatangi gempa lima
dari getaran Sinabang Tapaktuan di baratdaya
Lalu……..
di belahan lainnya
di balik belahan dunia
orang-orang desa mendirikan pagar keresahan
menyusun kerangka kebencian untuk diledakkan
di pusat kota tempat para penggerak daya
Kemudian……..
di belahan lainnya lagi
di balik ujung yang satunya lagi
para penonton terus menoton dan ditonton
menyaksikan perdebatan seru masalah satu kata.
Akhirnya……
di sini
di lapak puisi ini
kita hanya dapat meraba dan membaca saja
namun tak bisa berkaca
(Pondok Petir, 17 Oktober 2011)